"Kalian ngapain aja kemarin dirumah? Gak macem macem kan?" tanya Mama Biyana penuh selidik pada Jian dan Biyana yang tengah asik menikmati sarapan paginya.
Jian dan Biyana saling beradu tatap, mereka bingung ingin menjawabnya seperti apa. Beruntunglah Papa Biyana bersuara membela keduanya yang tengah dilanda kebingungan tersebut.
"Mana mungkin mereka berbuat yang aneh aneh Ma.. Lagipula kita kan tau gimana Biyana kalo lagi sama pacarnya" kata Papa Biyana tersenyum jail melihat anaknya, ia mengerti raut wajah anaknya yang sedang menyembunyikan sesuatu. Ia pun kemudian berusaha untuk membantu menutupinya, karna ia tau bagaimana istrinya jika sudah marah, maka semuanya akan ribut dan berantakan.
"Huh.. kenapa kamu gak minta Mahesa aja buat nemenin kamu dirumah?" tanya Mama Biyana pada anaknya, bermaksud untuk menyinggung Jian karna ia tak suka melihat kehadiran pemuda itu, ia lebih menyukai sosok Mahesa ketimbang dirinya.
"Mama apa apaan si? Kak Ji udah mau jagain aku kok kenapa Mama bilang begitu?" tanya Biyana tak suka.
"Bukan gitu.. Mama lebih suka nitipin kamu sama Mahesa ketimbang sama dia" tunjuk Mama Biyana pada Jian membuat pemuda itu menundukkan kepalanya.
"Mama!"
"Cukup! Ayo makan dengan tenang" tegur Papa Biyana dengan nada datar dan dingin yang terkesan menyeramkan. Jika sudah seperti ini tak akan ada yang berani melawannya.
Akhirnya anggota keluarga itu bersama Jian kembali makan dengan tenang, hanya bunyi dentingan alat makan yang terdengar sampai akhirnya Mama Biyana kembali bersuara.
"Gimana hubungan kamu sama Mahesa? Mama rencananya mau jodohin kamu sama dia kalo kalian udah lulus nanti" kata Mama Biyana membuat seluruh atensi menatap kearahnya. Biyana yang mendengarnya pun sangat terkejut bukan main dan langsung menghentikan acara sarapan paginya.
"Kamu serius mau jodohin mereka? Mereka kan punya pilihannya masing masing" kata Papa Biyana tak setuju pada keputusan istrinya dan berusaha untuk menengahi karna merasa tak enak bahwa masih ada kehadiran Jian disini, kekasih dari anaknya.
"Iya aku serius, aku udah ngomong sama Mahesa juga dan katanya dia setuju"
Srek!
Jian bangkit dengan cepat dari tempat duduknya dan berniat untuk segera pulang karna merasa tak nyaman dengan kondisi seperti ini. Tak lupa ia pun berpamitan dulu pada kedua orangtua Biyana.
"Terima kasih sarapannya Om, Tante. Saya permisi.. "
Jian segera pergi meninggalkan meja makan dan rumah Biyana. Biyana yang melihatnya pun segera menyusul Jian mencoba untuk menghentikan langkah pemuda itu.
"Kak Ji maaf" lirih Biyana kemudian menahan Jian untuk pergi.
"Ini bukan salah kamu, aku pulang dulu ya nanti kalo ada waktu aku kesini lagi" kata Jian kemudian benar benar pergi meninggalkan Biyana yang menatap sedih kepergiannya.
"Kak Ji.. "
❯───── ✾์ ─────❮
"Mama kenapa kaya gitu si sama Kak Ji?!"
"Mama gak suka liat kamu sama dia, dia itu bukan orang baik"
"Mama tau apa tentang aku sama Kak Ji? Jangan ikut campur urusanku!"
Brak!
Biyana membanting pintu kamarnya kasar setelah berdebat dengan mamanya. Ia tak suka dengan sikap mamanya yang begitu seenaknya pada Jian. Ia malah lebih tak suka saat mamanya mengatakan akan menjodohkan dirinya dengan Mahesa didepan Jian.
Papa Biyana yang melihat perdebatan tersebut hanya bisa mengurut pangkal hidungnya dan menghela napas. Ia bingung harus membela yang mana, karna jika keduanya sudah marah maka ia juga nanti yang akan terkena imbasnya.
Tok! Tok! Tok!
"Biyana buka pintunya! Mama belum selesai ngomong"
Melihat istrinya yang sibuk menggedor pintu kamar anaknya dan tak mendapat respon, akhirnya Papa Biyana berusaha untuk menenangkan istrinya agar tidak terlarut dalam emosi.
"Ma udah mungkin Biyana perlu waktu buat nenangin dirinya, kita biarin dulu ya..?"
Mama Biyana menghela napasnya kasar dan langsung beranjak pergi dari depan kamar anaknya meninggalkan suaminya.
Sedangkan didalam kamarnya, Biyana tengah meringkuk di sudut kamar seraya terisak pelan. Ia tak habis pikir dengan sikap mamanya yang tak pernah menuruti keinginannya. Ia muak selalu dikekang dan tak bisa bebas seperti anak lain diluar sana pada umumnya.
Biyana menangis mengingat semua kenangan pahit yang ia lalui akibat desakan mamanya. Ia sangat sayang pada mamanya, namun ia juga benci pada sikap mamanya yang terlalu overprotektif pada dirinya.
Apalagi selama ini kedua orang tuanya pun jarang sekali memperhatikannya, bahkan tak pernah. Namun bagaimanapun ia masih tetap menyayangi keduanya meskipun ia merasa sedikit sakit hati.
"Mama kenapa gak pernah ngertiin perasaan aku, aku capek ma.. "
❯───── ✾์ ─────❮
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
ꜰʀɪᴇɴᴅᴢᴏɴᴇ [✓]
Fanfiction[ ⎙ ; ❛ lokal au :: Karina ; 카리나 ❜ ] ⚠ , relationship , friendship . ❝ Melepaskan orang yang kita sayang memang menyakitkan, tetapi jika bertahan kepada orang yang kita sayangi itu dan dia tidak pernah peduli terhadap perasaan kita itu jauh lebih m...