18. ꜰʀɪᴇɴᴅᴢᴏɴᴇ

203 10 1
                                    

Setelah kejadian beberapa hari yang lalu, Jian dan Biyana resmi menjalin hubungan. Namun hubungan mereka berdua masih belum diketahui oleh siswa lain, kecuali teman dekat Jian, Yovan dan Ajun.

"Gila! Ternyata Jian gak seperti yang gue kira.. " kata Junkyu kaget dan bertepuk tangan setelah tau bahwa Jian sudah mencium dan telah menjalin hubungan dengan Biyana.

"Lo serius Ji? Lo gak macem macem kan kemarin sama Biyana?" tanya Yovan membuat Jian mendengus kasar mendengarnya, ia memang sempat kelewat batas namun akhirnya ia bisa menahannya dan lebih memilih bermain sendiri dikamar mandi.

"Liatin aja ntar lagi juga udah bikin anak" kata Ajun asal sambil tertawa terbahak bahak, Jian yang kesal mendengarnya pun ingin sekali langsung memukul pemuda itu namun ia urungkan.

Dari kejauhan, seseorang menatap Jian dan teman temannya tak suka. Ia mengepalkan tangannya kesal karna terbawa emosi dan kemudian melenggang pergi begitu saja.

"Dasar brengsek, kurang ajar.."






























❯───── ✾์ ─────❮






























"NANA!"

Mahesa kembali masuk sekolah seperti biasanya dan membuat murid lain terkejut melihat kehadirannya yang sangat berbeda dari sebelumnya. Pemuda itu kini terlihat lebih tampan dan berwibawa, senyuman manisnya mampu menarik perhatian para murid perempuan.

"Kak Mahes? Ada apa?" tanya Biyana bingung ketika Mahesa tiba tiba mencekal lengannya saat ia tengah berjalan santai.

"Ayo ikut aku"

"Kemana?"

"Ke suatu tempat"
































❯───── ✾์ ─────❮



























Disinilah mereka berdua sekarang, duduk dibangku taman belakang sekolah. Menikmati angin yang berhembus kencang, memandang beberapa tanaman dan bunga bunga yang cantik.

Biyana sebenarnya sangat ingin menyampaikan sesuatu pada Mahesa, namun ia masih belum berani. Raut wajahnya pun terlihat gugup dan ia juga tengah sibuk sendiri memainkan jemarinya.

"Mau ngomong sesuatu?" tanya Mahesa seakan peka jika gadis disampingnya ingin mengatakan sesuatu padanya.

"I-itu.. " Biyana menarik napasnya dalam sebelum melanjutkan perkataannya.

"Maaf ya kak soal yang waktu itu. Aku bener bener minta maaf.. "

"Aku kebawa emosi waktu itu, aku sama sekali gak tau tentang perasaan Kak Mahes selama ini. Aku bener bener minta maaf kak.. " kata Biyana menundukkan kepalanya sambil terisak pelan, Mahesa yang melihatnya pun mengelus pelan surai Biyana dan kemudian memeluk gadis itu.

"Gapapa, ini semua bukan salah kamu kok. Aku juga kebawa emosi waktu itu. Semua itu pilihan kamu, kamu berhak memilih dan berhak buat bahagia sama pilihanmu"

"Aku gak masalah kamu pilih Jian, semoga kamu bahagia sama dia ya. Kalo kamu butuh sandaran, aku selalu ada buat kamu" kata Mahesa menangkup kedua pipi Biyana yang kemudian membuat gadis itu malah menangis kencang dihadapan Mahesa, ia merasa sangat jahat pada Mahesa karna telah memperlakukannya layaknya pelampiasan semata.

"Setiap orang butuh rumah untuk pulang. Disaat kamu butuh, aku selalu ada buat kamu, Na"































❯───── ✾์ ─────❮



































Bel pulang sekolah sudah berbunyi, Jian dan Biyana kemudian memutuskan untuk pulang bersama. Mereka berjalan berdampingan menuju parkiran sambil bergandeng tangan mesra layaknya pasangan yang tengah kasmaran.

Murid lain yang melihatnya sangat iri dan terkejut. Isu tentang hubungan mereka pun sudah mulai terbongkar namun mereka berdua masih membantahnya.

"Kok Jian mau ya sama Biyana? Padahal kan Biyana selalu caper sama cowo orang"

"Liat deh mereka gak cocok banget. Kaya langit dan bumi"

Biyana mengepalkan tangannya kesal menahan emosinya saat mendengar perkataan murid lain yang tak suka padanya.

"Jangan didengerin" kata Jian menutup kedua telinga Biyana menggunakan tangannya dan menuntun gadis itu untuk tetap berjalan menuju motornya yang terparkir di parkiran.

"Kalo mereka ngatain lagi biarin aja. Orang waras gak bakal ngeladenin orang yang gak waras kan?" tanya Jian kemudian memasangkan helm dikepala Biyana dan gadis itu pun mengangguk sebagai jawaban.

"Dah, ayo naik"

Jian mulai menyalakan motornya berniat untuk segera pulang, namun ia masih merasa ada yang kurang.

"Pegangan nanti jatoh" kata Jian mengingatkan Biyana, namun gadis itu yang berniat usil dan hanya menaruh tangannya dipundak Jihoon.

Karna tak sesuai yang ia inginkan, akhirnya Jian sengaja menancap gas motornya dan membuat Biyana hampir terjungkal jika saja ia tidak langsung memeluk erat tubuh Jian.

"Kak Ji! Nanti kalo aku jatoh gimana?!" pekik Biyana kesal dan mencubit pelan pinggang Jian membuat sang empu meringis.

"Akhh.. Makanya pegangan" kata Jian terkekeh melihat tingkah Biyana yang menurutnya sangat lucu. Jian pun akhirnya menancapkan gas motornya dan kemudian meninggalkan area parkiran sekolah.

"Kalau aja waktu bisa diputar.. Semoga kamu bahagia sama pilihan kamu yang sekarang ya Na.. "



































❯───── ✾์ ─────❮










































To Be Continue

ꜰʀɪᴇɴᴅᴢᴏɴᴇ [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang