33. ꜰʀɪᴇɴᴅᴢᴏɴᴇ

95 9 2
                                    

Biyana menatap nanar sebuah gundukan tanah beserta batu nisan yang berada dihadapannya. Sebuah nama tertulis disana, nama seseorang yang selama ini selalu berada disampingnya, menjadi sandarannya setiap ia butuhkan, Mahesa Byanthara.

Air matanya tak bisa lagi ia bendung, mengalir deras begitu saja membasahi kedua pipinya. Perasaan bersalah masih terus saja hinggap dilubuk hatinya setelah kepergian orang yang ia sayangi telah tiada.

"Kak maafin aku"

"Kenapa kakak pergi ninggalin aku.. katanya kakak mau jadi sandaran aku disaat aku butuh.. "

".. Tapi sekarang? Kenapa kakak malah pergi ninggalin aku.. hiks.. "

Beberapa teman Biyana sudah mencoba membujuk gadis itu untuk segera pulang dan beristirahat, namun Biyana menolaknya. Ia butuh waktu sendiri, katanya. Alhasil, teman temannya pun mulai pergi meninggalkannya seorang diri di samping makam Mahesa.

Gadis itu masih saja berdiam diri disamping makan Mahesa seraya menangis, enggan beranjak dari tempatnya padahal cuaca mulai mendung menandakan akan segera turun hujan namun ia tak begitu menghiraukannya.

Dan benar saja, rintik hujan mulai turun membasahi area pemakaman dan seluruh tubuh Biyana, membuatnya semakin menangis kencang dibawah derasnya hujan.

Sepertinya langit pun ikut merasakan kesedihannya, meneteskan air hujan yang bersatu dengan air matanya.

"Kak Mahesa.. ayo kembali"
































❯───── ✾์ ─────❮

































Keadaan Jiandra saat ini tak bisa disebut baik baik saja. Kemarin, dokter telah menyampaikan informasi bahwa Jiandra sedang kritis dan sekarang pemuda itu tengah terbaring diranjang rumah sakit dengan wajah tampan pucat pasinya.

Biyana menatap sendu wajah Jiandra, ia jadi semakin merindukan senyuman manis yang biasa Jiandra lontarkan padanya, merindukan perhatian yang biasa pemuda itu lakukan pada dirinya. Biyana merindukan semua yang ada pada diri Jiandra Aksaranatha, walaupun pemuda itu telah mengkhianatinya.

Ceklek!

Ditengah keheningan, pintu ruang ICU Jiandra tetiba terbuka dan menampilkan sesosok gadis yang sangat familiar bagi Biyana, gadis itu ialah Anya Ilsyaratami, yang mengaku sebagai teman dekat dan selingkuhan Jiandra waktu itu. Ia datang sembari membawa sebuket bunga mawar, sebuah totebag dan buah buahan.

Gadis itu tersenyum ramah pada Biyana dan menghampirinya kemudian menatap Jiandra sendu.

"Biyana maaf ya. Aku tau aku salah. Aku sama Jiandra udah mengkhianati kamu.. "

"Aku mohon sama kamu tolong maafin Jiandra ya?" kata Anya mencoba menjelaskan namun tak mendapat respon dari Biyana, gadis itu hanya diam menatap Anya dihadapannya, kemudian Anya memberikan sebuah totebag pada Biyana.

"Ini untuk kamu. Kalo mau tau, itu hadiah yang Jiandra mau kasih buat kamu. Tapi.. waktu itu aku salah, aku malah ngambil hak kamu yang bukan milik aku.. "

".. Aku bener bener minta maaf sama kamu Biyana. Kamu mau maafin aku kan? Setelah ini, aku bakal jauhin Jiandra dan gak akan ganggu hubungan kalian lagi" kata Anya lagi berusaha meyakinkan Biyana. Awalnya Biyana ragu, namun melihat kejujuran yang dikatakan Anya membuatnya mengurungkan niatnya.

"Omonganmu bisa dipercaya kan?"

"Kamu bisa pegang kata kata aku"

Sebenarnya Biyana pun bukanlah orang yang pendendam terhadap orang lain, ia sangat mudah memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain. Hanya saja, jangan pula mempermainkan perasaan dan kepercayaannya karna ia tak akan mudah kembali memberi kepercayaannya kepada seseorang yang berulang kali mengkhianatinya.

Biyana kemudian tersenyum tipis pada Anya dan dibalas lebih besar oleh gadis itu, bahkan ia dengan beraninya memeluk Biyana erat.

"Makasi ya.. "































❯───── ✾์ ─────❮

































1 minggu kemudian—

Sudah seminggu lebih Jiandra terbaring koma di rumah sakit membuat Biyana semakin sedih, khawatir, dan merindukan sosok pemuda itu. Biyana menggenggam tangan dingin Jiandra, merindukan tangan yang selalu ia genggam dulunya.

"Gimana Jian? Belum ada perkembangan ya?" tanya Yovan yang hanya dibalas gelengan pelan oleh Biyana. Beberapa teman Jiandra pun kemudian menghela napas panjang dan menatapnya sendu.

"Ayo dong Ji bangun. Gue kangen makan mie ayam diperempatan bareng lo sama Yovan" kata Ajun sedih.

"Gue juga kangen lo marahin gue kalo telat dan bangun kesiangan buat berangkat ke kampus. Kita semua kangen main bareng sama lo Ji, ayo bangun.. " sambungnya.

Semua atensi yang berada disana hanya terdiam dan terus merapalkan doa agar Jiandra cepat siuman dan kembali beraktivitas bersama mereka seperti biasanya.

Seperti sebuah keajaiban dari yang Maha Kuasa, tiba tiba ada sebuah pergerakan dari jemari Jiandra yang menandakan pemuda itu mulai sadarkan diri. Mereka semua sangat senang sekaligus bahagia ketika Jiandra dengan perlahan mulai membuka kedua kelopak matanya dan memandangi mereka satu persatu.

Biyana pun sangat sangat senang dan bahagia saat melihat Jiandra yang sudah sadarkan diri. Ia reflek memeluk tubuh Jiandra dan menangis bahagia dipelukan pemuda itu, namun tangisannya tertahan saat samar samar ia mendengar Jiandra mengatakan sesuatu dibalik ventilatornya.

"Biyana maaf.. "




























❯───── ✾์ ─────❮


































To Be Continue

haii! how's ur day? i hope u happiness everyday (ᗒᗨᗕ) 
maaf aku baru bisa up hari ini karna lagi sibuk direal life dan aku juga gak bisa memaksakan diri untuk up karna takut alurnya acak acakan nantinya.

untuk kalian selamat menikmati liburan yaa, semangat juga buat persiapan masuk sekolah nanti.. have a great day and be healthy guys!! see you (⁠。⁠♡⁠‿⁠♡⁠。⁠) 

ꜰʀɪᴇɴᴅᴢᴏɴᴇ [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang