32. ꜰʀɪᴇɴᴅᴢᴏɴᴇ

108 11 0
                                    

23.00 WIB—

Hari ini, tepat pukul 11 malam, Jiandra telah menantang Mahesa untuk bertanding balapan dengannya, mereka bertaruh untuk mendapatkan Biyana. Mahesa yang mendengar ajakan Jiandra pun dengan senang hati menerima tantangan tersebut.

"Kalo gue yang menang Biyana tetap jadi milik gue" kata Jiandra membuat Mahesa menatapnya datar.

"Kalo lo yang kalah Biyana jadi milik gue" balas Mahesa seraya tersenyum miring.

"Ck, kita liatin aja nanti.. "

































❯───── ✾์ ─────❮




































"SATU!"

"DUA!"

"TIGA!"

Brum! Brum!

Jiandra dan Mahesa sama sama menancapkan gas sepeda motornya diatas kecepatan maksimal. Keduanya saling mengebut dijalan raya seolah tak ada yang ingin mengalah. Memang sih, karna taruhannya pun seorang gadis bernama Biyana Sandyakala.

Jiandra menoleh ke arah Mahesa yang berada disampingnya lalu memberikan pose jempol kebawah seraya tersenyum remeh dan kembali mengebut mendahuluinya.

Mahesa pun tak mau kalah, ia kemudian menancapkan gas sepeda motornya diatas rata rata kecepatan maksimal, mencoba membalap Jiandra yang berada didepannya.

"Gue gak akan biarin Biyana jadi milik lo"































❯───── ✾์ ─────❮


































24.00 WIB—

Biyana tak bisa tidur, entah mengapa ia seperti memiliki firasat buruk malam ini. Gadis itu tengah merenung di dalam kamarnya dimeja belajarnya. Mencoret coret asal buku catatannya lalu menghela napasnya panjang.

Ia lalu menatap beberapa foto polaroid yang terpajang diatas meja belajarnya, ada beberapa foto dirinya bersama Jiandra dan juga Mahesa. Biyana mengambil salah satu foto polaroidnya bersama Jiandra, menatapnya lamat sebab tanpa bisa dikendalikan air matanya mengalir membasahi kedua pipinya.

"Kakak kenapa jahat sama aku? Selingkuh dari aku"

"Aku sayang kakak.. hiks.. aku cinta kakak.. "

Biyana menyeka air mata yang terus mengalir dipipinya, kemudian beralih mengambil foto polaroidnya bersama Mahesa, memandangnya dengan tatapan sendu.

"Maafin aku kak.. "

Drtt! Drtt!

Di tengah kesedihan Biyana, tiba tiba ada sesorang yang menelponnya, ia adalah Sagara. Tengah malam begini kenapa Sagara menelponnya? Pikir Biyana.

Biyana kemudian menghapus jejak air matanya dan menetralkan pernapasannya lalu mengangkat panggilan dari Sagara.

"Halo Saga, kenapa?"

"Bi kamu dimana?!" tanya Sagara disebrang telpon dengan nada bicara yang terkesan khawatir.

ꜰʀɪᴇɴᴅᴢᴏɴᴇ [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang