34. ꜰʀɪᴇɴᴅᴢᴏɴᴇ

126 8 4
                                    

1 Minggu Kemudian—

Kondisi Jiandra kini kian membaik seiring berjalannya waktu hingga membuat Biyana begitu senang saat mendengarnya. Gadis itu selalu setia mendampingi dan menjaga Jiandra ketika di rumah sakit. Padahal Bunda Mawar, ibundanya Jiandra sudah menyuruhnya untuk beristirahat dan bergantian untuk menjaga Jiandra, namun gadis itu tetap bersikukuh ingin menjaga Jiandra sendirian.

"Biyana kamu pulang aja ya. Biar bunda yang jaga Jian disini" bujuk Bunda Mawar yang merasa kasihan setelah melihat Biyana yang terus terusan menjaga Jiandra tanpa memperhatikan kesehatannya sendiri.

"Gapapa Bun aku tetep mau disini jagain Kak Jian"

"Tapi kamu keliatan lelah, nak. Bunda takut kamu jadi ikutan sakit nanti, kamu istirahat dulu aja ya"

Biyana tak bisa lagi membantah kemauan Bunda Mawar jika sudah seperti ini. Jadi, mau tak mau ia pun menuruti perkataannya. Lagipula memang dirinya juga terlihat kurang sehat karna begitu keras menjaga Jiandra sehingga tak memperhatikan kesehatannya sendiri.

Biyana pun berpamitan pada Bunda Mawar dan kemudian berniat segera pergi meninggalkan Jiandra yang masih tertidur lelap. Sebelum kepergiannya, sejenak ia menatap wajah Jiandra yang masih tertidur dan bertitip pesan pada Bunda Mawar.

"Aku titip Kak Jian ya, Bun. Nanti aku kesini lagi" katanya seraya pamit pergi.



























❯───── ✾์ ─────❮ 

























Ternyata Biyana saat ini tak langsung pulang ke rumahnya melainkan pergi ke sebuah tempat peristirahatan terakhir seseorang. Gadis itu kemudian menatap sendu gundukan tanah dihadapannya yang langsung membuatnya menitikkan air mata hingga membasahi pipinya.

"Aku kangen kakak. Gimana kabar kakak disana? Semoga bahagia ya disana. Semoga Kak Mahesa ketemu orang baik disana ya. Maaf belum bisa jadi yang terbaik buat kakak"

"Aku pergi dulu ya kak, see u.. "

Walaupun hanya bertamu sebentar, rasanya Biyana sangat enggan beranjak dari sana. Namun mengingat kesehatannya pun ia mencoba untuk mengikhlaskan kepergian Mahesa. Mencoba melepaskan walau begitu menyakitkan.

Dengan langkah yang berat, Biyana pun meninggalkan area pemakaman dengan masih terisak pelan. Sembari sesekali menengok kebelakang, kearah makam Mahesa yang ditaburi bunga olehnya. Makam itu terlihat sangat cantik dari kejauhan dihiasi oleh bunga bunga yang harum diatasnya.

"Seandainya waktu bisa diputar, aku pengen bareng bareng sama kakak lagi"





















❯───── ✾์ ─────❮ 

















Rumah Sakit Cinta,
20.00 WIB—

Biyana mendorong kursi roda yang Jiandra kenakan menuju taman dibelakang rumah sakit. Pemuda itu mengajaknya untuk pergi kesana, padahal Biyana sudah melarangnya namun Jiandra tetap saja bersikeras untuk pergi dan katanya ingin menyampaikan sesuatu.

"Udara disini sejuk ya" kata Jiandra memecah keheningan diantara keduanya. Jiandra kemudian mendongak menatap Biyana disebelahnya yang tengah berdiri disamping kursi rodanya lalu menggenggam tangan gadis itu.

ꜰʀɪᴇɴᴅᴢᴏɴᴇ [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang