🌽LiRain-17🌽

8.2K 1K 77
                                    

Cerita ini rame, cuma sidernya gak ngotak, jadi ya gitu. 200 vote aja seharian gak penuh-penuh, entah seberat apa jari mereka buat nge vote.

Gak paham, gak ngerti, terserah.

Yang terbebani ya pembaca lain, karena lama target votenya penuh.

Padahal target cuma 200 vote dan 55 komen, segitu doang, lama penuh.

Unpub aja kali ya, gak mood aku.

200 vote dan 55 komen, gak akan up kalau gak penuh.

Ali-Rainy

Ada satu hal yang Rainy sembunyikan pada Ali selama hampir 8 bulan mereka menikah, bahkan saat Ali akan lulus SMA sekitar 4 bulan lagi.

Hal itu adalah, Rainy yang mengetahui fakta kalau Keisha adalah orang suruhan Jiwa.

Dan Rainy juga selalu didatangi Jiwa ke kantornya, padahal Rainy tak punya ingatan apapun tentang Jiwa.

Sama sekali tak ada dikepalanya.

"Rain, Jiwa datang lagi."

Rainy berhenti mengetik di keyboard, dia menatap datar pria berambut abu-abu gelap dengan bola mata berwarna biru gelap.

Mata yang teduh dan hangat, penuh cinta dan kagum pada Rainy.

Wajah Jiwa terbilang manis, bahkan lebih manis dan teduh dari Ali.

Tapi firasat Rainy selalu buruk pada pria itu.

"Rain, Jiwa bawain makanan kesukaan Rain." Jiwa meletakan tas berisi makanan bawaannya ke meja kerja Rainy.

Senyum manis Jiwa berikan, senyuman yang membuat sudut hati Rainy berdenyut nyeri.

"Kenapa datang lagi?" tanya Rainy langsung.

Raut muka Jiwa berubah, dia murung dan menunduk "Memang gak boleh? Jiwa kan cuma mau ketemu sama sahabat Jiwa aja.." lirihnya perih.

Hela napas panjang Rainy berikan, dia menarik tas bekal itu lalu dia letakan disebelah layar komputer, kemudian menatap Jiwa lagi.

"Terima kasih makanannya, kamu bisa pergi. Aku masih kerja." usir Rainy baik-baik.

Jiwa tersenyum senang, setidaknya Rainy menerima makanan buatan Jiwa, dengan begitu saja Jiwa sudah bahagia.

"Makasih Rain, besok Jiwa mampir ke rumah kamu ya, mau kenalan sama suami Rain juga."

"Hm."

"Ya udah, Jiwa pamit dulu."

Jiwa pergi begitu saja, tanpa salam karena dia dan Rainy berbeda keyakinan, Jiwa Non Muslim sementara Rainy Muslim.

Mungkin itu alasan kenapa ada sesuatu yang mengganjal dihati Rainy.

Tentang kejadian di saat kelulusan, kejadian yang hilang dalam ingatan Rainy.

Mungkin akan Rainy cari tau nanti.

.....

Ali menghela napas panjang saat selesai menyetrika pakaiannya dan Rainy, dia menyetrika di ruang tv, sambil nonton tv.

Ali sudah masak untuk makan malam, sudah membersihkan rumah, sudah nyiapin air mandi untuk Rainy.

"Udah jam 5, bentar lagi kak Rainy pulang." gumam Ali seraya mengangkat pakaian yang sudah rapi dilipat dan disetrika.

Ali membawanya menuju kamar mereka, pakaiannya diletakan disebuah keranjang, dan dibawa sekalian semua.

Biar gak bolak-balik, sebelum itu setrika nya sudah dia matikan, jadi aman.

Ali sempat berhenti di anak tangga ke 6, dia melihat sesuatu berjalan menuju kamarnya dan Rainy, tapi tak mau Ali ambil pusing.

"Masih sore, udah ada aja yang ganggu." gumam Ali tak perduli.

Dia masuk ke kamar, dan berjalan menuju walk in closet, lalu menyusun pakaiannya dan Rainy disana.

Ali mencuci 3 kali seminggu, dan nyetrika 2 kali dalam sebulan.

Selesai dengan menyusun pakaian, dia kembali turun bertepatan dengan Rainy yang sudah pulang.

"Assalamualaikum, kamu habis ngapain?"

Ali berlari kecil lalu melompat masuk ke pelukan Rainy "Waalaikum sallam, Ali habis nyetrika baju terus Ali taruh ke kamar, kakak laper? Mau makan atau mandi?" tanya Ali lembut.

Rainy melepas pelukan mereka lalu mengecup bibir Ali singkat.

"Makan dulu yuk, laper aku."

"Okey~ayo kita makan. Biar Ali siapin."

"Hm, manis banget suami kecil aku."

Rainy mengelus rambut Ali sebagai hadiah dari kelakuan Ali, Ali hanya mampu menunduk dengan kedua pipi yang merona samar.

"Hehe, udah ah, Ali malu.."

"Lucu nyaaa, sini aku cium."

Ali memajukan wajahnya lalu memejamkan mata, menerima ciuman dan lumatan manis dari Rainy.

8 bulan pernikahan semua lancar dan aman, masalah terakhir adalah masalah Keisha, setelahnya tak ada masalah lagi.

"Udahh, ayo makan kak."

"Iya sayang."

Rainy tersenyum lembut, melihat tangannya yang ditarik secara halus sama Ali, rasanya begitu hangat dan mendebarkan.

Perasaan nyaman dan hangat hanya dia rasakan saat bersama Ali, sementara dengan Jiwa dia hanya merasa bersalah dan tak nyaman.

Tampaknya memang ada masa lalu yang penting, tapi Rainy melupakannya, dan benar-benar tak tersisa ingatan itu di kepalanya.

"Ali, semisal aku gak ada, kamu bakal nikah lagi?"

Ali diam, dia berhenti mengambil lauk untuk Rainy, tatapannya begitu shock dan nanar, hampir berkaca-kaca.

"Maksud..kakak apa?" lirihnya takut.

Senyum Rainy berikan, dia mengulurkan tangan guna mengelus pipi Ali, lalu tertawa pelan.

"Aku mau kita selalu bareng-bareng, kalau aku duluan pergi, kamu jangan nikah lagi ya. Aku bakal nunggu kamu sampai kamu nyusul aku, cuma kalau kamu nikah lagi pasti kita gak bakal bisa sama-sama. Jadi, jangan nikah lagi yah."

Perkataan itu menusuk hati Ali, dia menggeleng pelan lalu berjalan kearah Rainy, dan memeluknya erat.

"Kita bakal tua sama-sama kak, kita bakal pergi sama-sama. Kita bakal se Dunia se Surga, kita enggak bakal pisah, Ali enggak bakal nikah lagi. Kakak tenang aja yah, kakak satu-satunya bagi Ali dan Ali satu-satunya bagi kakak."

Rainy tertawa pelan, suami kecilnya ini sangat bijak dan dewasa, Rainy bangga pada Ali.

🌽Bersambung🌽

Softie Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang