🌽LiRain-22🌽

6.4K 873 76
                                    

Semoga bisa cepat penuh, sider jangan berulah dulu lah, aku lagi gak mood marah-marah.

Bantu vote kalau gak bisa bantu komen, jangan jadi beban buat pembaca lain.

200 vote dan 55 komen, vote diawal atau diakhir chapter.

Kalau komen penuh dan vote diatas 150, aku up lagi.

Ali-Rainy

Shower yang mengeluarkan guyuran air sudah membasahi tubuh telanjang Ali, remaja itu duduk meringkuk di lantai kamar mandi.

Tubuhnya bergetar, air matanya sudah bercampur dengan air mandinya.

Bibirnya merah, bawah matanya merah, rambutnya sudah dia jambak beberapa kali.

Leher dan tulang selangka nya bahkan sudah terlihat bekas cakaran dan gosokan, hingga ada terlihat sedikit demi sedikit darah keluar dari sana.

Ali meremat rambutnya dan terisak pilu.

"Hiks..A-ali bukan bekasan..bukan..hiks..jangan bilang gitu lagi...Ali gak suka..hati Ali sakit..hiks.." isaknya sesenggukan.

Ali menangis lagi, tangisannya menggema di kamar mandi, sudah 2 jam Ali mandi tapi tak bisa membuat rasa jijik pada dirinya sendiri hilang.

"Ali berdosa..hiks..Ali berdosa..maaf..maafin Ali..hiks..maaf.." isaknya pilu.

Masih jelas bentakan Rainy ditelinganya, Rainy marah padanya, sangat marah pada Ali.

"Hiks..Ali enggak maksud..Ali dipaksa temen Ali..hiks..huhuuu maafin Ali.."

Ali tak tau cara mendeskripsikan rasa sakit di dadanya, seperti ditusuk pisau tumpul lalu ditempelkan besi panas, begitu menyiksanya.

"Hiks..maafin Aliiii huaaaaaaa maaaaaaf..hiks..maaf kak maaf..Ali salah..maafin Aliiiii..hiks.."

Rainy yang sudah kembali setelah pergi keluar, berdiri didepan pintu kamar mandi, mendengar tangisan penuh kepedihan dari Ali.

Hela napas Rainy berikan, dia berlalu pergi dari sana menuju ruang kerja nya.

Rainy harus menenangkan rasa sakitnya, melihat suaminya sendiri memeluk wanita lain dengan sengaja.

Sekitar jam 1 malam, Ali melakukan Salat Taubat dan bersujud dengan tangisan yang tak kunjung reda.

Merasa berdosa pada Tuhan-nya, merasa kalau dirinya sudah mengkhianati sang istri.

"Hiks.." bahunya bergetar, sajadahnya sudah basah akan air mata.

Ali benar-benar menyesal, Ali gak sanggup kalau harus sampai seperti ini.

.....

Sampai pagi bahkan Ali tak menemukan Rainy dimanapun, membuat Ali semakin sedih.

"Kak..." lirihnya tercekat akan air mata, dia menyeka air matanya lalu berjalan lemas keluar dari rumah.

Dia bahkan gak masak apapun, rasanya Ali gak mau sekolah hari ini.

Terlebih saat Ali sampai di sekolah, dia melihat teman-temannya tertawa dan bercanda seolah tak ada beban, kenapa hanya Ali yang selalu kena masalah.

Ali jadi merasa tak mau lagi berteman dengan mereka.

Bahkan dia mengepalkan kedua tangannya lalu berujar yakin.

"Aku gak mau temenan sama kalian lagi."

JDER!

Seolah ada backsound suara petir yang menggelegar, membuat seisi kelas shock dan kaget, Ali, anak baik hati nan alim itu memutuskan pertemanannya.

Pertemanan yang sudah terjalin sejak SD itu masa harus kandas sekarang.

Kendrik, Jio, Bijan, Arey dan Zava panik tentunya, apa karena masalah semalam?

"Li jangan gitu dong, kita udah temenan 8 tahun, masa harus kelar sih." bujuk Jio tak rela.

Ali, keadaanya menyedihkan, seragam tak rapi, wajah pucat, mata sembab, bisa mereka lihat leher dan tulang selangka Ali luka serta merah-merah.

Seperti luka cakaran "Li, maaf ya pasti gara-gara gue, maaf, nanti kami temui kak Rainy buat minta maaf." bujuk Kendrik.

"Waduh, masalah nih, kasian juga Ali temenan sama anak liar kaya mereka."

"Iya, Ali kena masalah mulu karena mereka."

"Tapi mereka udah sahabatan lama, kasihan kalau sampai hancur."

"Iya sih.."

Ali menggeleng pelan, dia menggigit bibir bawahnya "Enggak usah, itu enggak berguna..Kak Rainy gak akan mau dengerin kalian, dia lagi marah besar ke aku, dia gak akan bicara sama kalian ataupun aku selama yang dia mau." lirih Ali bergetar.

Matanya bergetar, menitihkan air mata yang membasahi pipinya.

Semalam, Ali meraung meminta maaf, dia bahkan sudah mandi selama ber jam-jam, mencakar bekas pelukan wanita asing di club itu.

Menggosok agar bekasnya hilang, bahkan Ali Salat Taubat dan terus meminta maaf dalam Salatnya, selama berjam-jam dia menangis dalam Salatnya.

Meminta maaf atas dosa yang dia lakukan semalam.

"Hiks..aku gak mau temenan sama kalian lagi..enggak mau..kalian jahat..hiks..semalam aku udah enggak mau ikut masuk..hiks..kalian paksa aku..sekarang kak Rainy juga marah sama aku..hiks..huhuuu aku enggak mau temenan sama kalian lagiii!"

Ali berjongkok dan menutup wajahnya, menangis menutup wajahnya yang basah.

Jio ikutan nangis "Aliii jangan gituuu! Hiks..Jio minta maaf..jangan gak mau temenan sama Jio lagi..hiks..Alii huaaaaaaaa!"

Bijan dan Zava menenangkan keduanya, sementara Arey murung, dia gak mau pertemanannya hancur, gak ikhlas dia tuh.

"Gara-gara lo ni." tuduh Arey pada Kendrik.

"Iya gue tau..nanti gue cari cara supaya Ali dimaafin sama kak Rainy."

Karena tangisan keduanya tak bisa dikondisikan, akhirnya mereka kembali memanggil Guru, Ali dijemput Ibu dan Ayahnya untuk pulang.

Sementara Jio tetap sekolah.

Di mobil, Ali hanya diam dengan tatapan mata yang kosong tertuju pada ponselnya, menampilkan foto Rainy,  jejak air mata terlihat jelas dipipinya.

Ibu dan Ayah Ali hanya diam, ini urusan anak mereka, mereka tak berhak untuk ikut campur lagi.

"Ibu.." lirih Ali pilu.

"Kenapa nak?"

"Kak Rainy bu..hiks..kak Rainy marah sama Ali..dia marah..hiks..dia marah besar Bu..hiks.." adunya terisak.

Dia menaikan kedua kakinya ke kursi mobil lalu memeluk lututnya erat, menangis disana.

Orang tua Ali hanya diam saja, melihat betapa rapuhnya putra mereka yang memiliki hati selembut sutra itu.

"Usaha nak, berdoa, insyaAllah pasti ada solusinya." tutur Ayah Ali.

Ali tak mendengar itu, dia terlalu larut dalam tangisannya.

🌽Bersambung🌽

Softie Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang