🌽LiRain-35🌽

4.7K 669 80
                                    

Sider anying, titisan syaiton.

Bantu vote kalau gak mampu bantu komen, vote diawal atau diakhir chapter.

200 vote dan 55 komen, segini aja target, seharian baru penuh.

Kalau komen duluan penuh dan vote diatas 150, aku up lagi.

Ali————---------------------Rainy

Hari dimana Rainy akan berkunjung ke rumah Jiwa pun tiba, Rainy disambut hangat, orang tua Jiwa benar-benar menyambutnya dengan baik.

Lalu ada dua orang remaja berbeda gender yang seusia berdiri menyambut Rainy.

"Mereka adik angkat aku, baru diangkat tahun lalu. Karena mereka yatim piatu jadi orang tua aku ngangkat mereka jadi anak." tutur Jiwa seraya menunjuk keara dua adik angkatnya.

"Hai kak, nama gue Kendrik." sapa Kendrik seraya menjulurkan tangannya pada Rainy dan disambut dengan hangat oleh Rainy.

Senyuman Rainy berikan, dia menggenggam uluran tangan Kendrik dan merematnya agak kuat.

"Hai, aku Rainy. Sahabatnya Jiwa." tutur Rainy dengan nada penuh penekanan dibagian Sahabat.

Kendrik meringis pelan, genggaman Rainy lumayan kuat, dia jadi gelisah dan menarik tangannya cepat.

"Hehe, iya kak Rainy, salam kenal."

Lalu yang perempuan memperkenalkan diri pada Rainy.

"Aku Keisha kak, salam kenal."

Rainy tak menyambut uluran yangan Keisha, dia hanya tersenyum tipis dengan tatapan yang tertuju dalam pada Keisha.

Ada bekas luka dipipinya, begitu dalam dan membekas.

"Pipi mu kenapa?" tanya Rainy.

"Ah ini, diserang preman kak."

"Ohh gitu."

Jiwa tak suka perhatian Rainy terbagi, dia merangkul bahu Rainy lalu membawanya pergi dari sana.

"Kita ketemu sama Raga, dia pasti kaget pas ketemu kamu." ujarnya semangat.

Rainy mengangguk saja, dia mengikuti langkah Jiwa menuju sebuah kamar yang ada di lantai 2, kamar yang terlihat tidak terpakai.

Pintu berwarna hijau tua didepannya terbuka, menampilkan ruangan usang dengan kasur yang ditempati seseorang.

Seseorang itu, Raga, melirik lirih kearah pintu, mata sayunya melotot tak percaya pada kedatangan Rainy.

Bibirnya terbuka pelan, seolah ingin mengatakan sesuatu namun lidahnya kelu, kaku, tak bisa bergerak sedikitpun.

"Dia sakit keras, cuma bisa tiduran aja di kasur, bicara juga udah susah."

Rainy berjalan mendekat, menatap Raga yang juga menatapnya, tatapan mata Raga begitu memprihatinkan.

"Hai Raga." sapa Rainy pelan.

Raga menumpahkan tangisannya, dia menangis tanpa suara dan hanya isakan saja yang terdengar, Rainy sedih melihat keadaan Raga.

Ini seolah mengingatkannya pada seseorang.

Softie Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang