🔥
Ghazi menatap tidak percaya pada layar ponsel lipat nya yang menyala, dirinya tidak menyangka bahwa sang papa menghubungi nya lebih dulu dan hal itu benar-benar membuat ia bahagia dan tersenyum tanpa henti.
"Siapa?" Tanya regan yang sedang memasukkan beberapa baju ghazi ke dalam tasnya.
Karena hari ini, adik nya itu sudah di perbolehkan oleh dokter abdi untuk pulang dan cukup dengan rawat jalan saja.
"Papa bang, minta gue buat ketemu" jawab ghazi menjawab abangnya itu dengan tersenyum.
"Enggak! Lo masih butuh istirahat dek kan lo denger sendiri apa yang dokter abdi bilang tadi. jangan sampai lo kelelahan lagi" ujar regan.
"Pulang dulu ya? Ketemu papa bisa besok. nanti abang yang bilang ke papa" ujar regan lagi sembari membantu sang adik untuk berdiri karena tubuh ghazi yang masih terlihat lemas.
"Gue okay kok bang! Gue janji cuma sebentar ketemu sama papa, gak akan lama bang" ujar ghazi.
"Dek jangan ya?" Ujar regan lagi kembali membujuk adiknya itu.
Ghazi tersenyum, membuat regan kembali menghela nafas kasar, karena senyuman dari adiknya tersebut cukup ia pahami.
Yang berarti, sang adik tidak akan menuruti kemauan diri nya.
Karena entah kenapa? Firasatnya buruk mengenai pertemuan ghazi dan juga papa nya nanti.
"Besok aja ya dek?" Ujar regan lagi berusaha untuk tidak cepat menyerah dalam membujuk sang adik.
"Bang!" Ujar ghazi mulai kesal.
"Kalo bang reno tau, pasti dia bakalan marah juga dek" ujar regan lagi.
"Sebentar aja bang, gue gak akan lama. gue cuma mau ketemu papa. Apa salah?" Ujar ghazi lagi.
Dan pada akhirnya, regan mengalah pada sang adik yang memang sangat keras kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
GHAZI ~ (END) Terbit
Romance#sicklit #teenfiction #sadstory ketika perubahan sikap tidak mampu untuk membawa semuanya kembali seperti dulu... maka... kepergian yang akan menjadi jalan keluarnya ~ Ghazi Gibran Pahlevi