8. harusnya jujur

1.8K 140 63
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🔥

"Lo gak capek zi?" Tanya ali pada akhirnya disaat mereka terdiam cukup lama.

"Capek?"

"Hmm, lo gak capek nyembunyiin masalah kondisi tubuh lo sama anak-anak? Gue capek zi.. capek banget mesti ngeliat lo harus ngerasain sakit secara terus menerus tanpa bisa ngebantu sama sekali"

"gue ngerasa gak guna sebagai sahabat lo. gue cuma bisa ikut bungkam dan nyimpen semuanya tanpa bisa memberi solusi sama sakali buat lo" ujar ali melanjutkan kalimat nya merasa sangat menyesal.

"Al. . ."

"Otak cerdas gue? Bullshit sama omongan orang-orang yang selalu muji gue kalo gue itu cerdas, karena pada kenyataannya gue gak bisa bantuin lo! Maafin gue zi, karena gak bisa ngurangin beban lo" ujar ali.

Ghazi mencengkram setir dengan erat berusaha meluapkan emosi yang memaksa keluar.

Namun...

Jika ia tidak dapat menahan emosinya sendiri saat ini, maka ali juga tidak akan bisa mengontrol emosinya.

"Capek gak zi?" Ujar ali lagi bertanya lirih dan pada akhirnya pemuda itu malah terisak pelan.

"Lo tenangin diri lo al, kenapa malah nangis kaya gini? Gue yang punya masalah dan gue juga yang diberi penyakit oleh tuhan tapi kenapa malah lo yang susah? Lo jangan pernah mikir berlebihan tentang kondisi gue al" ujar ghazi mencoba menenangkan.

"Jawab gue! Gue nanya lo. kenapa lo gak bisa jawab gue? Apa pertanyaan gue terlalu sulit buat lo jawab?" Teriak ali.

Ghazi terdiam..

Ia tidak pernah melihat ali semarah ini dan saat ini sahabatnya itu benar-benar terlihat sangat menakutkan.

"Tenang al, lo kenapa?"

"Jawab gue ghazi gibran pahlevi" teriak ali lagi.

"Ya!!" jawab ghazi pada akhirnya dengan singkat.

"Gue capek, capek banget sampe rasanya rasa ingin mengakhiri hidup gue sendiri selalu datang ngehampirin gue. puas lo?" Ujar ghazi dengan nada suara yang cukup tinggi.

"Orang tua gue memutuskan untuk berpisah dan karena itu keluarga gue hancur. bokap sama nyokap gue berebut hak asuh arthur dan juga bang regan, sedangkan gue? Mereka tidak perduli sama sekali"

"Semua orang benci sama gue bahkan the ridels berada dalam ambang batas kehancuran karena keputusan gue, dan ini. .?" Ghazi terdiam menjeda kalimatnya mencoba mengatur nafasnya yang memburu sembari memegang perut bagian atasnya membuat ali menatapnya sendu dengan air mata yang kembali siap untuk menetes.

"Penyakit ini malah ada ditubuh gue! Dan lo tau kenapa? Karena tubuh gue sendiri pun ngebenci diri gue. gue beban al! Gue gak guna, dan seluruh kesialan ada didalam diri gue"

GHAZI ~ (END) TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang