Prolog

59.7K 3.5K 49
                                    

Happy reading
jangan lupa vote and koment ya...
.

.

.

Author POV

Jakarta Selatan. Indonesia.
22:00 Wib.

Angin berhembus cukup kencang disertai dengan rintik-rintik hujan yang mulai kembali turun hendak mengguyur kota padahal 2 jam yang lalu hujan telah turun dengan derasnya.

Banyak orang yang mulai berjalan cepat dan berlari mencari tempat berlindung apapun pulang dengan secepatnya.

Namun hal itu tidak ada berpengaruh kepada seorang pemuda yang masih memakai seragam sekolah khas salah satu sekolah internasional di ibu kota tersebut yang kini berdiri dipembatas Rooftop salah satu pusat perbelanjaan.

Menatap jalan raya yang padat kendaraan dengan tatapan kosong, ada jejak tangan dan jejak air mata kering di pipinya.

Ia adalah Zian Sebastian. Siswa berprestasi kebanggaan Hope International yang tidak lain adalah tempat ia menuntut ilmu.

"Astaga!! Hei turun!"

"Tolong ada yang ingin bunuh diri! Dimana orang tuanya?!"

"Kemana penjaga keamanan?!"

"Tolong anak itu!! Dia seusia putraku! Ya tuhan jantungku!"

Zian hanya menatap semuanya dengan tatapan kosong lalu merentangkan tangannya dan memejamkan matanya.

Membiarkan tubuhnya terjun bebas ke bawah disertai dengan suara guntur yang mengelegar di langit.

"Maafkan aku Tuhan namun aku telah berada dibatas kesabaran"

Ia lelah, ia membutuhkan ketenangan sejenak untuk menenangkan dan menyembuhkan rasa sakit ini.

Harapan, cita-citanya harus lebur ditangan kedua orang tua yang dulu selalu ia anggap adalah kedua malaikatnya namun sekarang keduanya menjadi iblis untuknya namun tetap menjadi malaikat untuk sang kakak, Alvian Sebastian.

Harusnya ia sadar bahwa perlakuan baik mereka dulu hanyalah sebuah pecitraan namun sayangnya ia terlalu buta hingga tidak menyadari hal itu dan sekarang semuanya telah usai.

Zian memang kerap mendapati kekerasan fisik dan ucapan kasar dari kedua orangtuanya karena nilai yang tidak memuaskan orangtuanya.

Ia sadar bahwa nilainya tidak bisa disandingkan dengan nilai sang kakak yang ia akui selalu sempurna, namun bisakah kedua orangtuanya menghargai usahanya?.

Perlahan namun pasti hatinya mulai membeku, wajahnya tidak lagi menampilkan ekspresi dan tatapannya selalu kosong, ia menjadi layaknya boneka hidup.

Dan ketika mereka sadar akan hal itu semuanya telah terlambat, semua telah hancur berantakan dan usai.

BRAK!

BRUK!

Argh!!

Para gadis dan wanita menjerit begitu tubuh seseorang terjatuh tepat diatas mobil yang terparkir disisi jalan tepat dibawah tempat Zian berdiri tadi.

ZIAN NOT ZION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang