Chapter:26

16.3K 1.5K 65
                                    


Happy Reading.
.

.

.

Voment guys..

Mansion Alexander.
20:30 Wib.

Zion menatap wajahnya di Kaca fullbody yang ada di kamarnya dengan tatapan kosong.

Ia tampak tenang namun tidak dengan pikirannya yang terus berbicara, berbicara mengulang ucapan mereka yang dulu pernah menusuk hatinya hingga meninggalkan bekas yang mungkin tidak akan pernah sembuh.

"Kenapa adik sama kakaknya beda ya?'

'Kamu kenapa nggak bisa kayak Alvian sih?! Lihat Abang kamu! udah pintar, prestasinya banyak, ganteng lagi, lah kamu?!'

"Cuman mempertahankan nilai aja kamu nggak bisa! Apa yg kamu bisa coba?!'

'Saya menyesal punya anak kayak kamu! Kenapa kamu harus lahir dari rahim saya sih?!'

'Ma...Zion pengen peluk mama. kenapa mama benci sama Zion?'

PRANG!!

PRANG!!

Zion memukul cermin di depannya hingga pecah dan berserakan dilantai putih bersamaan dengan noda darah yang juga menetes ke lantai.

Punggung tangannya terluka dalam akibat tingkahnya tersebut namun ia abai, ia pernah merasakan rasa sakit yang lebih perih daripada sekedar ini.

Ingatan tentang dirinya dan pemilik raga sebelumnya kembali berputar bagaikan kaset rusak membuatnya muak.

"Tuhan, kau menyakitiku dengan takdir mu" Gumamnya dengan tatapan kosong yang menyorot ke arah kepingan kaca di bawahnya.

Setetes air mata yang ia tahan akhirnya meluncur dan disusul dengan rasa sakit tak berkesudahan yang entah kapan akan menghilang.

"Gue capek, gue mohon berhenti! Zion lo udah mati! Dan harusnya lo matikan juga perasaan tak berarti lo".

"Hiks...tuhan gue capek, kenapa tulisan takdirku seperti ini?"

Cklek..

Pintu kamar terbuka lebar lalu disusul oleh Vania dan Albert yang berjalan masuk dan menghampiri Zion yang masih terdiam dengan tatapan kosongnya.

"Zion mama disini sayang" Ujar Vania lalu menangkup pipi Zion yang masih terdiam.

Grepp..

Albert menarik tubuh sang putra kedalam pelukan hangat nya dengan tangan yang mengusap surai hitam sang putra yang hanya diam tanpa membalas ataupun menolaknya.

"Kenapa? Kenapa ayah jahat banget sama Aku? Kenapa tuhan jahat?" Gumamnya membuat Albert memejamkan matanya dan Vania yang menahan tangisnya.

"Maafkan mama" Gumam Vania lalu menghubungi Xico untuk mencari Axel yang masih belum pulang saat ini.

Albert akan menghubungi psikiater dan memperbaiki semuanya terutama mental sang anak bungsu yang bisa ia perkirakan telah dalam tahap serius.

"Axel, gue butuh lo bang" Lirih Zion sebelum dirinya kehilangan kesadaran.
.

.

.

20:33 Wib.

Axel menatap danau didepannya dengan tatapan kosong dan dengan tangan yang masih melempar air danau didepannya dengan batu kerikil.

"Kenapa gue nggak jadi burung aja sih? Atau nggak krisna" Gumamnya lalu terkekeh pelan.

Ia mendongak menatap langit gelap tanpa bintang, angin berhembus cukup kencang. Tampaknya akan hujan.

ZIAN NOT ZION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang