Chapter:03

37.6K 3.2K 79
                                    

Happy reading
.

.

.


Cklek...

Zion membuka pintu kamar lalu berjalan masuk dengan langkah perlahan.

Pintu kembali tertutup dan Zion mulai menatap sekitar kamarnya dengan tatapan datar.

"Kau terlalu bodoh Zion. Kenapa harus bertahan disaat kau telah sadar diri?" Monolog Zion ketika maniknya melihat photo keluarga tanpa Zion didalamnya yang terpajang di dinding kamar.

"Apakah kau benar-benar putra mereka? Atau kau sebenarnya anak haram?"

Zion meraih salah satu bingkai photo keluarga yang sedang tersenyum tampak bahagia namun ia yakin bahwa senyum itu palsu.

"Palsu"

Zion meremat bingkai photo tersebut ketika kepalanya kembali merasakan rasa sakit dan terasa sangat pusing.

Ingatan baru menyeruak masuk. Ingatan yang berkaitan dengan photo yang saat ini ia pegang.

Untuk mendapatkan photo keluarga pertamanya, pemilik raga sebelumnya sampai berlutut selama 2 jam di depan kedua orang tuanya.

"Gila, lo gila Zion tapi gue paham kenapa lo ngelakuin hal itu? Karena gue dulu juga seperti itu"

"Hahahaha gila"

Zion mengembalikan photo tersebut keatas meja belajarnya lalu berjalan kearah photo yang terpajang di dinding kamarnya.

Meraihnya lalu mengusapnya sebelum akhinya menghempasnya dengan kuat ke lantai.

PRANG!!

Kaca pecah berkeping-keping dibawah kaki berbalut sepatu Zion Yang kini menatap Photo tersebut dengan tatapan kosong.

Air matanya menetes ketika melihat senyum anggota keluarga tersebut. Kenapa terlihat sangat tulus? Kenapa mereka tidak mengajaknya? Kenapa mereka tidak bisa terlihat setulus ini jika photo bersamanya?.

"Makin lama gue makin gila!"

PLAK!!

"Sadar Zion lo bukan siapa-siapa disini!" Ucap Zion setelah menampar pipinya kuat.

"Kenapa? Kenapa perasaan bodoh ini masih lo tinggalin Zi?"

Zion berjalan kearah rak kaca yang berisi banyak photo keluarga didalamnya, photo para saudara dan orangtua tanpa dirinya tentu saja.

"Gue juga mau tenang Zi bukan lo aja yang butuh ketenangan"

Zion menghapus air matanya kasar lalu menghempaskan photo diatas rak ke lantai dengan kasar.

PRANG!!

PRANG!!

PRANG!!

Suara pecahan kaca memenuhi kamarnya. Zion luruh ke lantai dengan wajah basah akan air mata dan tatapan kosong.

Perasaan ini begitu menyiksanya, kenangan lama dan luka lamanya yang ikut timbul semakin membuatnya merasakan rasa sakit.

"Kenapa? Kenapa disini dan disana sama? Kenapa mereka jahat?"

Cklek..

Pintu terbuka, Axel berjalan masuk kedalam kamar Zion lalu kembali menutup pintunya.

Mendekati Zion dengan langkah perlahan hingga ia berada didepan pemuda yang tampak kacau tersebut.

"Zion" Panggil Axel dengan pelan.

ZIAN NOT ZION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang