Chapter :29

16K 1.5K 35
                                    

Happy Reading
.

.

.

Voment guys..
.

.

.
At Canteen.
09:15

Zion mengedarkan tatapannya untuk melihat apakah ada meja dan kursi kosong untuk dirinya duduk namun pandangannya mendadak terkunci kepada mantan sahabat sang kakak dengan gadis pembawa musibah tersebut yang tengah duduk dimeja yang tak jauh dari posisi ia berdiri saat ini.

Tangannya mengepal dengan tatapan yang semakin tajam dan dingin, menghunus kearah mereka hingga para warga kantin juga mengikuti pandangan Zion.

"Zion" Panggil Zyan membuat Zion menoleh kearah Zyan yang telah duduk disalah satu kursi yang kosong yang berbeda satu meja dengan meja mantan sahabat sang kakak.

Cepat juga ternyata sih alien tampan itu mendapatkan kursi yang kosong, entah bagaimana caranya ia Mendapatkannya, mungkin orangnya diusir, biasalah Zyan.

Zion hanya menoleh sekilas lalu berjalan menghampiri meja Valen dkk yang tengah tertawa bercanda gurau.

Amarahnya langsung menyala saat ia mengingat kondisi sang kakak saat ini yang masih dalam kondisi vegetatif sedangkan pembunuhnya malah tengah bersenda gurau bersama perempuan yang ikut andil dalam membunuh mental sang kakak.

"Wiuh lagi santai kawan!" Teriak Darel membuat Valen dkk menoleh kearah Darel yang berjalan ke arah mereka tepatnya menghampiri Zion.

"Enak banget ya ketawa ketiwi tanpa ngerasa bersalah disini sedangkan korbannya lagi berjuang dirumah sakit" Ucap Darel sembari merangkul Zion.

"Maksud?" Tanya Jeff dengan tatapan tajam yang menatap wajah sumringan Darel.

"Jaga ucapan lo darel jika lo nggak tahu apa-apa" Ujar Jay membuat sudut bibir Zion tertarik membentuk senyum miring.

"Sudah, sudah. Aku nggak tahu siapa kamu dan nama kamu, aku cuman minta sama kamu untuk pergi daripada cuman mancing keributan disini" Ujar Laina.

"Cih"

"Seharusnya kalian yang pergi, kantin ini bukan tempat yang cocok buat pembunuh seperti kalian" Ucap Zion membuat suasana hening.

Laina mendongak menatap Zion yang menatapnya dengan tatapan tajam lalu segera menundukkan kepalanya untuk menghindari tatapan tajam tersebut.

"Jaga ucapan lo Zion" Ucap Valen.

Bian menghela nafas lalu mendorong piring berisi nasi goreng yang masih penuh dengan pelan.

"Kecelakaan itu murni karena takdir Zion, lo nggak bisa menyalahkan siapapun dalam insiden itu" Ujar Jay.

"Memang ada pembunuh ngaku kalau dia bunuh korbannya? Lelucon akhir tahun" Ujar Darel sembari terkekeh pelan.

"Kecelakaan itu terjadi karena kakak gue nggak punya pilihan untuk menolak perjodohan itu, jangan Pikir gue nggak tahu apa-apa jay!"

BRAK!!

Zion menendang meja di depannya membuat para siswa dan siswi terkejut, zyan segera berjalan menghampiri Zion yang sepertinya tidak bisa mengontrol emosinya.

"Dia nggak mau bersanding dengan perempuan pembunuh kekasihnya yang tak lain adalah adik lo sendiri, Laina! dia menolak tapi lo tetap paksa sampai dia akhirnya memilih jalan ini dan gara-gara ini juga dia mengingkari janji dia sama gue, si**an!! Gara gara lo!" Bentak Zion membuat zyan terdiam kaku begitu juga darel.

"Z-zion hiks" Isak Laina.

Valen terdiam tanpa bisa membantah karena memang apa yang diucapkan oleh Zion benar apa adanya.

"Lo pembunuh! Nggak puas lo bunuh mentalnya sampai lo harus dorong dia buat bunuh diri hah?! Apa salah kakak gue Jay?!"

"Zion udah, ayo balik, nggak ada gunannya ngomong sama para kumpulan kriminal ini" Ujar Zyan lalu menarik tangan Zion.

"Lo melupakan insiden yang lalu, adik lo harus mendekam dijeruji besi jay sama seperti adik nya Jeff" Ujar Zion lalu berjalan disana meninggalkan kehebohan yang terjadi di sana.

"Aku nggak mau dipenjara kak"
.

.

.

"Pulang, gue capek" Ujar Zion yang diangguki oleh keduanya yang kini menatap Zion dengan tatapan sendu.

Zyan mengepalkan tangannya, teringat dengan ucapan Sang adik tadi dikantin yang mampu membuatnya terpukul.

Ternyata mereka semua dibalik kecelakaan yang menimpa sang kakak sepupu yang sekarang masih koma.

"Gara-gara mereka, semua kacau seperti ini, zion berubah juga gara-gara mereka" Ucap Zyan membuat darel menoleh lalu mengangguk.

"Zion hancur, kalian juga harus lebih hancur" Gumam Zyan dengan tatapan tajam yang menghunus punggung Zion yang semakin menjauh.
.

.

.

Disisi lain.

"Sakit banget, mana dia namparnya kuat lagi" Celoteh Bianca sembari mengusap pipinya yang membengkak dan bercap tangan berwarna merah terang.

"Tapi dia ganteng banget tadi, mana berdamage lagi pas nampar, jadi kan gue nggak bisa benci"

Bianca menghela nafas panjang lalu memikirkan rencana kedepannya untuk membuat Zion, cowok incarannya tersebut lebih memperhatikannya.

"Ella.."

Satu nama yang berhasil membuat Bianca menatap tajam bayangan dirinya dicermin dengan tangan yang meremat pinggiran wastafel dengan kuat.

"Ella, lo harus bernasib sama seperti Elaina"
.

.

.


TBC
vote and koment guys.

ZIAN NOT ZION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang