Chapter:19

21.8K 1.9K 44
                                    

Happy reading
.

.

.


Mansion Alexander. Indonesia.
13:30 Wib.

"Zion"

Zion menghentikan langkahnya yang hendak ke dapur ketika namanya di panggil oleh Axel yang kini berjalan menghampirinya.

Tampaknya lelaki itu baru pulang dari kegiatan di luar dan dia membawa sesuatu untuknya?.

"Brownis untuk lo, gue nggak tahu lo suka atau nggak" Ujar Axel sembari menyerahkan sebuah kantong plastik dengan logo toko roti yang berisi kotak brownis yang masih tersegel.

ia membeli nya ditoko roti ketika perjalanan pulang ke mansion karena teringat Adik bungsunya dirumah.

"Untuk gue?" Ulang Zion yang diangguki oleh Axel yang tersenyum lembut padanya.

"Gue suka, Terimakasih Kak" Ucap Zion sembari mengambil kantong plastik tersebut.

"Syukurlah,lo udah makan siang?"

Zion menganggukkan kepalanya canggung, Ia belum pernah merasakan hal seperti ini. Dulu jangankan bertanya, menatapnya saja mereka enggan.

Mereka hanya perduli dengan nilainya bukan dengan dirinya, mau makan ataupun tidak ya itu bukan urusan mereka.

Kejam. Ya memang dan Zion telah merasakan segala macam bentuk kekejaman dari orang tuanya dulu padanya hingga menjadikan hatinya beku.

"Nanti malam lo free? Kalau free mau ikut ke taman kota nggak? Gue dengar ada pasar malam disana" Ucap Axel membuat lamunan Zion buyar.

"Gue free nanti malam dan gue ikut aja" Ujar Zion.

"Oke. Gue kekamar dulu, jangan lupa sikat gigimu setelah makan brownis" Ucap Axel yang diangguki oleh Zion.

Axel mengusak surai Zion sebelum dirinya beranjak pergi ke kamarnya meninggalkan Zion yang mematung ditempat.

"Aneh"
.

20:00 Wib.

Zion menatap gerbang yang tertutup didepannya dengan tatapan datar, menghela nafas lalu menoleh kearah Axel yang menyengir lebar padanya.

"Maaf dek gue lupa kalau hari ini malam jumat, pasar malam dibuka malam minggu" Ucap Axel.

"Tahan Zion, sadar dia abang lo" Gumam Zion.

"Lo sih bang pelupa! Harusnya dicek dulu tanggal berapa jadi nggak gini jadinya" Gerutu Zion dengan bibir mengerucut.

"Yaelah namanya juga manusia dek, wajar kali kalau lupa" Balas Axel.

"Yaudahlah yuk jalan jalan aja daripada mojok disini"

"Gass lah"

Zion kembali menghampiri Axel dan menaiki motor yang dikendarai oleh Axel dengan wajah kesal.

"Ngenes banget kayaknya lo dek"

"Lo sih bang bikin kesel, gue udah berharap lo padahal"

"Iya iya maaf ya, gue traktir seblak deh sebagai permintaan maaf"

"Oke"

Axel menghidupkan mesin motornya lalu melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Menikmati waktu bersama dengan Zion sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menyerah, setidaknya ia bisa sedikit menebus rasa Bersalahnya pada Zion.

"Zi maafin abang ya" Gumam Axel.

Axel memang memutuskan untuk mengikuti jejak sang kekasih yang lebih dulu meninggalkannya setelah ia berhasil menebus kesalahannya pada Zion.

"Elaina tunggu aku"
.

.

.
"Nggak elit dah nongkrong dijembatan gini" Celetuk Vino sembari menatap air danau buatan yang tenang didepannya.

"Oh iya sih Axel mana? Akhir-akhir ini gue lihat dia jarang nongkrong sama kita ya" Tanya Vino membuat Jeff berdecak.

"Nggak usah sebut namanya, gue benci" Balas Jeff lalu meminum soda yang ia genggam sedari tadi.

"Lah kenapa? Dia kan bagian dari kita"

"Gue ketemuan sama dia semalam dikafe biasanya" Ucap Jay membuat atensi mereka berpindah padanya.

Lelaki itu tampak menatap air danau dengan tatapan yang sulit Diartikan namun ada tatapan sendu yang ikut didalamnya.

"Lalu?" Tanya Valen.

Jay meneguk minuman sodanya yang tinggal setengah Sebelum melanjutkan ceritanya.

"Gue cuman ngasih tahu dia soal perjodohan adik gue sama dia dan nyuruh dia terima tanpa adanya drama seperti biasanya, karena dia nggak punya hak menolak dalam hidupnya" Ujar Jay.

Kejam, ya dia memang kejam, mereka kejam karena memperlakukan Manusia kayaknya boneka yang tidak boleh membantah ataupun menolak pemberian tuannya.

"Hm"

"Tapi ucapan dia buat gue terdiam dan takut"

"Takut kenapa? Axel ngancam lo?" Ucap Albian.

"Bukan, Dia cuman bilang Salahnya boneka ini tidak lama lagi akan mati dan kau harus mencari boneka yang baru"


Hening seketika melanda.

"Dia cuman ngancam lo doang, nggak usah dipikirin" Hibur Albian dengan tangan yang meremat kaleng sodanya kuat.

Mencoba menghibur para sahabatnya disaat dirinya juga kalut dengan pikiran negatif nya.

"Gue cuman takut dia berakhir seperti Elaina" Ucap Jay.

"Hentikan pemikiran konyol mu itu Jay, Axel tidak akan berakhir seperti Elaina" Ucap Valen.

Albian hanya diam dengan menatap air danau dengan tatapan kosong, Ada rasa nyeri ketika mengingat kenangan pahit yang terjadi 6 bulan yang lalu.

Elaina Kim , Kekasih Axel. Meninggal dijam 00:00 tanggal 11-12-20** tepat dimalam ulang tahun Axel sendiri dikarenakan bunuh diri.

Gadis blaster korea tersebut mengakhiri hidupnya dengan samurai milik sang abang ketika dipaksa untuk menerima perjodohan dengan lelaki yang tidak ia sukai.

Karena kematian sang kekasih tersebut Axel berubah, berubah menjadi boneka bernyawa.

Senyum dan ekpresi wajahnya menghilang dan digantikan dengan senyum tipis tak terlihat dan wajah datar dan tatapan kosong yang selalu terlihat.

"Elaina dan Axel beda orang, dia tidak akan mengakhiri hidupnya seperti itu" Ucap Vino.

"Kalian lupa sama penyebab kematian Elaina? Kemungkinan hal itu akan terulang, itu yang gue takutkan" Ujar Jay.

"Kalian hanya takut kehilangan mainan kalian bukan? Bukankah kalian bisa mencari mainan yang baru?" Ucap Valen dengan senyuman mengejek kearah Jay yang seketika terdiam.
.

.

.

.

Tbc
Vote and koment guys...

ZIAN NOT ZION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang