Chapter:02

36.8K 3.1K 447
                                    

Happy reading
.

.

.

Zion memainkan ponselnya diatas ranjang sembari mendengarkan musik lewat earphone yang tersambung ke ponselnya.

Kakinya terayun ikut menikmati musik favoritenya dari salah satu boygrup kesukaannya yang saat ini sudah mendunia.

"Zion ayo pulang" Ucap Vania membuat atensi Zion teralih lalu menganggukkan kepalanya dan turun dari atas ranjang, berjalan keluar ruangan dengan wajah datar.

Zion membuka pintu mobil yang terparkir diparkiran lalu kembali menutupnya ketika ia telah duduk dengan nyaman di kursi mobil dengan nyaman.

Matanya terpejam begitu irama musik mengalun disertai dengan suara merdu vokal kesayangannya.

Bts- Louder than bombs

{Btw gue Army kalau Kalian fandom apa?).

Salam kenal semuanya👋💜.

Tidak lama mobil mulai menyala dan melaju dengan kecepatan rata-rata. Dalam keadaaan sunyi seperti ini Vania rindu dengan celotehan Putra bungsunya.
.


.

.
Mansion Alexander.
09:00 Wib.

Mobil memasuki area Mansion dengan kecepatan diatas rata-rata mengingat jarak antara gerbang dan Mansion lumayan jauh.

Sekitar 30 menit, Mobil akhirnya berhenti di halaman depan Mansion megah berwarna putih.

Zion keluar dari mobil, menatap Mansion didepannya dengan tatapan datar, tidak ada jejak kagum dirinya melihat bangunan yang berlipat-lipat lebih megah daripada Mansion orang tuanya dulu.

"Semuanya palsu" Gumam Zion lalu menekan tombol pause pada musik yang sedari tadi menemaninya.

"Ayo masuk sayang" Ucap Vania lalu tangannya hendak mengenggam tangan Zion namun sayangnya Zion lebih dulu berjalan masuk.

Vania menghela nafas lalu berjalan masuk kedalam Mansion mengikuti langkah Zion.

Cklek..

Zion menatap isi Mansion dengan tatapan datar, terlalu mewah menurutnya, ia jadi penasaran dengan pekerjaan kedua orangtua bocah ini.

"Zion kenapa Nak?" Tanya Vania saat mendapati Zion yang Terdiam.

Zion hanya menggelengkan kepalanya. Ia terlalu lelah bila harus mengeluarkan suara emasnya🤭.

Vania menganggukkan kepalanya melihat respon Zion. Ia sedikit terbiasa dengan sifat baru sang putra meskipun ada rasa kehilangan dan rasa sakit saat melihat hal itu.

Zionnya berubah dan mungkin tidak pernah akan kembali lagi seperti semula. Aura yang biasanya tenang dan positive vibes berubah menjadi aura dingin tak tersentuh.

"Katakan pada mama jika ada apa-apa" Ucap Vania meskipun tidak ada respon sama sekali.

"Baiklah itu terserahmu. ayo mommy antar kau ke kamarmu. kau harus banyak istirahat" ujar Vania.

ZIAN NOT ZION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang