Chapter:17

25K 2.2K 55
                                    

Happy reading
.

.

.

Voment guys..
.

.


Setelah perkenalan singkat, Bu kartika selaku wali kelas undur diri dan digantikan dengan Bu Ririn selaku guru matematika yang akan mengajar pagi ini.

"Mati gue! Matematika  woy!" Pekik Darren sembari meremat rambutnya frustasi.

Sebagian besar orang memang membenci pelajaran matematika karena sering dibuat pusing hanya karena rumusnya.

Dan authour juga membencinya.

"Yaelah dar cuman matematika doang kok" Celetuk Salah satu siswa yang duduk disebelah Darren.

"Emang Lo bisa ngerjainnya?"

"Ya tinggal nyontek kok payah"

Daren memutar bola matanya malas lalu menghela nafas pasrah saat guru mulai masuk dan mulai bermain angka dipapan tulis.

Semua siswa dan siswi menopang kan dagu mereka dan menganggukkan kepala mereka sebagai respon seolah-olah mereka mengerti.

Selain malas mengeluarkan suara mereka kecuali murid-murid pilihan mereka juga tengah menahan kantuk.

"Mengerti semuanya?" tanya Bu ririn setelah menjelaskan contoh soal matematika hari ini.

"Ngerti Bu"

"Baguslah kalau sudah mengerti. sekarang lihat soal dihalaman 27. itu kalian kerjakan sampai 2 aja ya"

Zyan membulatkan matanya ketika melihat soal dibuku paket yg tadi pagi baru saja dibagi.

Iya soalnya memang dua tapi jawabannya bisa jadi 1 lembar setengah. Ya matematika memang harus ada jalannya, salah jalan nyasar.

Zion hanya menatap soal tersebut dan papan tulis secara bergantian lalu mulai mengerjakan soal tersebut dengan tenang.

"Gue belum ngerti lho" gumam Zyan lalu menelungkupkan kepalanya diatas meja.

Darren mengacak surainya dengan wajah frustasi. Ia adalah salah satu murid yang melakukan hal tersebut.

"Zion, Yon" Panggil Zyan membuat Zion menoleh kearahnya dan menatapnya dengan tatapan bertanya.

"Nyontek dong" Ucap Zyan membuat Zion menatapnya datar lalu kembali mengerjakan tugasnya.

Zyan kembali menelungkupkan kepalanya diatas meja setelah mendapat penolakan dari Zion.

"Langit berilah aku jawaban" Gumamnya. Untuk kali ini ia menyerah sebelum berjuang, berdoa dengan sungguh-sungguh agar ada orang yang bersedia memberinya jawaban.
.

.

Axel menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong dan pikiran yang terus berbisik, berisik.

Entah angin apa yang datang hingga Xico benar-benar mengurus izinnya perihal sakit dan akhirnya ia diperbolehkan pulang.

"Capek" Gumamnya lalu beranjak dari kasur dan berjalan kearah meja belajarnya.

ZIAN NOT ZION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang