Chapter:27

17.2K 1.6K 44
                                    

Happy Reading
.

.

.

Jangan lupa voment guys..

ASIA HOSPITAL. INDONESIA.
21:15 Wib.

Brankar didorong ke ruang UGD oleh para dokter dan suster dengan cepat diikuti oleh tetesan darah yang menetes sepanjang koridor.

Xico terjatuh di lantai putih didepan pintu UGD yang telah tertutup, tatapannya kosong dengan lelehan air mata yang enggan untuk berhenti.

Adiknya, Axel tengah berada didalam sana dengan keadaaan antara hidup dan mati.

Xion sendiri adalah salah satu dokter yang ikut menangani Axel diruang UGD saat ini.

"Axel, abang mohon bertahan" Gumam Xico.

"Xico!"

Xico menoleh kearah sang ayah dan ibu serta Zion yang berlari menghampirinya dengan wajah panik.

"Axel...bagaimana?" Tanya Albert.

Xico menggelengkan kepalanya lalu terdiam dengan kepala ter-tunduk, menatap lantai putih yang bernoda darah dibawahnya.

"Jangan seperti ini sayang, axel akan baik-baik saja, dia putra mama yang kuat" Ujar Vania lalu menarik tubuh sang putra berdiri dan mengajaknya untuk duduk dikursi tunggu disamping ruang UGD.

"Axel" Gumam Zion sembari menatap kosong pintu UGD yg tertutup.

"Maafkan aku" Gumam Xico lalu menatap kedua tangannya dengan tatapan kosong.

Zion menatap sekitarnya lalu mengulas senyum tipis ketika melihat ketiga orang tersebut tengah dalam keadaan kacau.

"Axel bukankah ini moment yang kau inginkan? Kenapa kau harus menepati ucapanmu waktu itu?" Monolog Zion lalu menundukkan kepalanya.

"Axel berdarah ma, ia kesakitan ma dan aku...terlambat" Racau Xico.

Albert memeluk Vania yang menangis terisak sembari mengucapkan kalimat penenang meskipun dirinya sama kacaunya dengan sang istri.

Bagaimanapun juga ia adalah seorang ayah, perasaan kalut dan menyesal kini ia rasakan saat putra tengahnya tengah berada didalam keadaan tidak baik-baik saja.

Ia gagal, gagal menjadi ayah hingga akhirnya ini yang terjadi. Andai perjodohan itu tidak terjadi pasti Axel tidak akan seperti ini.

Dan andai ia bisa adil pasti Zion tidak akan sakit mental seperti ini.

Zian memang telah mengalami gejala mental ilness saat berada diraga lamanya hingga berujung ia mengakhiri hidupnya sendiri.

Kini Zian masuk kedalam raga Zion yg ternyata juga memiliki luka meski tidak sebanyak yang ia dapatkan dulu.

Kini jika Axel benar-benar meninggalkannya maka Zion juga akan mengikuti jejaknya juga.

Pendekatan mereka memang singkat namun untuk Zion pendekatan mereka memiliki arti yang cukup kuat hingga akhirnya ia memutuskan untuk sembuh dengan Axel sebagai salah satu obatnya.

"Axel nggak akan meninggalkan kita kan pa?" Gumam Vania yang hanya dijawab dengan gelengan kepala oleh Albert.

"Zion!" Teriak Zyan membuat Zion menoleh.

"Albert, aku tahu kau kuat" Ujar Frans yang baru datang untuk memberikan kekuatan kepada Albert.

"Terimakasih" Lirih Albert yang diangguki oleh Frans yang kini duduk disebelah Xico untuk Menenangkan sang putra sulung Albert yang tengah kacau.

ZIAN NOT ZION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang