Chapter:21

20.5K 2K 86
                                    

Happy reading
.

.

.

Voment ya.
T

inggalkan Jejak Kalian!!.
.
.
.

"Eung"

Zion membuka matanya dan mengerjabkannya beberapa kali sebelum ia mendudukkan dirinya diatas kasur.

"Haus, mana air habis lagi" Ujar Zion saat matanya melirik gelas kosong diatas nakas.

Zion berjalan keluar kamar dan berjalan kearah dapur dengan langkah perlahan dan tangan yang mengusak surainya yang telah berantakan.

"Kayak orang frustasi gue tapi kan memang gue udah gila" Monolog Zion lalu terkekeh pelan.

"Itu suara Axel bukan sih?" Gumam Zion ketika mendengar suara perdebatan dari Dua orang lelaki yang familiar.

"Albert, Axel. Kenapa mereka berdebat malam-malam gini? Bahas utang negara apa?" Monolog Zion lalu berjalan semakin mendekat ke arah dapur agar percakapan mereka bisa ia tangkap lebih jelas.
.

.

.

"Kami melakukan perjodohan itu juga untuk kebaikanmu Axel!! Berhenti membantah!" Bentak Albert ketika putra tengahnya mengucapkan kalimat yang paling ia benci.

Putranya seolah akan melakukan bunuh diri sebelum malam perjodohan itu dan ia cukup takut akan hal Itu.

"Kenapa kalian nggak ngasih gue hak buat nolak sekalipun?! Dan berhenti untuk mengatakan untuk kebaikanku!! Itu semua bullshit! Kalian melakukan itu keuntungan semata kan!!" Balas Axel dengan nada tinggi dan tangan terkepal.

"AXEL!!" Bentak Albert.

Vania mengusap lengan Albert untuk meredakan emosi suaminya agar tidak semakin meledak dan melakukan hal yang tidak didinginkan kepada putra tengahnya(?).

"Kenapa? Itu memang benar kan? Cukup ngatur hidup gue selama ini!! Apa nggak cukup kalian ngatur gue hidup selama 17 tahun gue hidup hah?! Kalian nggak capek tapi gue yang capek!!"

"Kami berhak mengatur kamu karena kami keluargamu, Orangtua kamu" Ucap Vania lembut namun membuat Axel semakin emosi.

Tangannya meremat botol minuman digenggamannya dengan kuat dengan tatapan tajam yang menatap dua orangtuanya tersebut.

"Persetan dengan keluarga! Persetan dengan orangtua! Meskipun lo orangtua gue, lo tetap nggak boleh mengatur terlalu berlebihan kehidupan seorang anak! Apalagi anak yang terabaikan!! Gue nggak pernah anggap kalian keluarga ataupun orangtua,karena dimata gue kalian cuman sekumpulan orang egois yang terlalu memikirkan keuntungan tanpa memikirkan mental dan perasaan seseorang!!"

PLAK!!

"Mas!"

Axel terkekeh pelan dengan jari yang menyentuh sudut bibirnya yang terluka akibat tamparan kuat sang ayah yang Menatapnya dengan tatapan dingin.

"Jaga bicara kamu Axel" Tekan Albert.

"Sayang kita ke kamar yuk, Jangan bantah ucapan papa lagi, Mama obatin lukanya" Ujar Vania sembari hendak menyentuh wajah Axel namun Axel Menepisnya.

"Axel!" Bentak Xico emosi karena sang bunda diperlakukan sedikit kasar oleh adiknya.

"Nggak usah pura-pura perduli, Biasa juga gue hampir mati tapi lo diam aja" Ujar Axel membuat Vania menatapnya sendu.

"Axel Jaga bicaramu, Dia ibumu, ibu yang telah melahirkanmu" Ucap Xico datar.

"Gue juga nggak mau dilahirkan kalau dalam keadaan gini, nyesel gue lahir dari rahim ibu jika gue tahu bakal kayak gini!"

PLAK!!

A

xel terkekeh pelan lalu menatap Xico yang tengah merangkul Bahu sang ibu dan sang ayah yang tengah mengusap surai Vania yang tengah terisak.

"Ouh keluarga cemara" Ucap Axel lalu melihat sileut Zion yang berdiri di belakang mereka disana.

"Jangan terlalu berharap pada keluarga Alexander jika kau tidak ingin semakin hancur Zion" Ucap Axel membuat Vania terkejut.

Begitu juga dengan Albert dan Xico yang menoleh kebelakang dan mendapati Zion yang berdiri disana dengan tatapan kosong kearah Axel.

"Ternyata aku benar" Ujar Zion.

Tebakannya benar bahwa Axel tidak sebahagia yang terlihat diingatan Zion, Pemikiran Zion yang asli telah salah menilai kakak keduanya tersebut.

Kakak keduanya cuek karena dia sendiri juga tidak berbeda jauh dari Nya. Tugas dan tuntutan yang diberikan dari orang-orang itu terlalu banyak hingga Ia tidak memiliki waktu untuknya.

"Kak Axel" Gumam Zion.

"Zion ada apa nak? Kamu kenapa terbangun? Kembali Kekamarmu yuk" Ujar Vania membuat Zion mengalihkan atensinya.

"Nggak cukup gagal satu kali ya ma kini malah kalian buat kalian jadi gagal dua kali" Ucap Zion.

"Sayang kita kembali kekamar, Ini urusan papa dan abang" Ucap Vania.

Ia tidak ingin Zion ikut-ikutan berdebat dan berujung suaminya emosi dan melakukan kekerasan seperti Axel.

Cukup Axel saja.

"Setidaknya jika tidak bisa memberikan kasih sayang maka jangan menyakiti, Kalian membuat Mental seseorang bertambah rusak" Ucap Zion.

"Tanpa kalian sadari jika kalian sudah  bisa disebut pembunuh berkedok keluarga" Sambung Zion.

Deg!

Axel terkekeh pelan lalu berjalan menghampiri Zion dan menarik tangannya dan beranjak pergi kembali kekamarnya.

"Tunggu mayatku minggu depan keluarga ku" Ucap Axel lalu tertawa membuat Zion menatapnya dengan tatapan terkejut.

"Memang benar, penyumbang luka paling besar adalah Keluarga" Gumam Zion.
.

.

.
TBC
Voment guys...

ZIAN NOT ZION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang