Chapter:22

21K 1.9K 37
                                    

Happy Reading
.

.

.

Voment ya guys...


AL'X High school. Indonesia.
06:50 wib.

Brum~

Brum~

Brum~

Suara deru motor memasuki area sekolah yang membuat atensi para siswa dan siswi beralih kearah 2 motor sport berwarna hitam dan merah tersebut.

"Mubar kah?"

"Kayaknya kak Axel sama Zion deh, Kelihatan dari bau baunya"

"Keren banget motor nya"

"Gua nggak mandang fisik kan? Buktinya orang masih pakai helm fullface aja gue bilang ganteng"

"Serah lu jaenab"

Zion membuka helmnya dan menyugar surainya hingga mengundang pekikan histeris dari para siswi.

"Abang ke kelas duluan" Ujar Axel setelah mencabut kunci motornya yang diangguki oleh Zion.

Setelah merapikan rambutnya, Zion berjalan nemasuki gedung sekolah dengan ransel yang tergantung dipundaknya.

"Zion white! Waithe"

Zion menghentikan langkahnya dan menoleh kearah sumber suara yang ternyata adalah Zyan yang kini berlari kearahnya dengan totebag biru di tangannya.

"Hm?"

"Bareng"

Zion hanya berdehem dan berjalan kembali dengan Zyan Disebelahnya, Tatapannya menatap lurus kedepan dengan pemikiran yang sibuk memikirkan kehidupannya kedepannya.

Akahkah selepas kehidupan ini ia bisa mendapatkan ketenangan yang ia inginkan? Akankah?.

"Gue udah nggak tinggal lagi diMansion lo karena mendadak papa beliin gue penthouse seharga 5 M! It'$ my dream!" Celoteh Zyan dengan senyum manisnya.

"Hm" Balas Zion singkat membuat Zyan berdecak ke dalam karena respon singkatnya.

"Lo ngeselin amat sih Zi! Gue udah harapin respon lo ternyata cuman 2 huruf doang! Ck!" Ucap Zyan.

"Ya"

"Gue ngambek intinya dan lo harus bujuk gue!"

Zion menaikkan alisnya dengan tatapan jijik kearah Zyan yang tengah Mencembikkan bibirnya.

Menggemaskan namun menurutnya tidak, Itu menurutnya aneh dan menggelikan.

"Kau mirip Bianca jika seperti itu" Ucap Zion membuat Ekspresi Wajah Zyan berubah datar.

"Ngeselin amat sih nyet, Sekali ngomong Agak panjang malah ngeselin!" Balas Zyan.

"Kak Zion! Kak Zyan!" Teriak Bianca yang hanya dianggap angin oleh Zion dan Zyan.

Zion tetap berjalan dengan langkah tegasnya membuat Bianca harus berlari agar bisa menyusul langkahnya.

Zyan memutar bola matanya malas dan berdecih, kenapa selalu ada penganggu dihidup nya yang setengah sempurna ini?.

Semua siswa dan siswi menatap drama tersebut dengan berbagai tatapan salah satunya adalah tatapan mencemooh yang mengarah kearah Bianca.

"Aish"

Bianca menghentikan kakinya dan menatap punggung 2 pemuda yang menjauh didepannya dengan tatapan kesal dan tangan yang mengepal.

Jika Saja ia lebih populer dari mereka dan mereka tidak populer disekolah ini maka Bianca tidak akan sudi memanggil dan berlari mengejar mereka.

Bianca menarik Nafas panjang dan memghembuskannya, Menarik sudut bibirnya hingga melengkungkan senyum manis kepada siswa dan siswi yang malah menatapnya aneh dan sinis.

"Ganjen banget sih anak baru itu"

"Anak angkat aja berlagak"

"Kalau mau jalan sejajar sama Zyan dan Zion itu harus sadar diri!"

"Sok cantik"

"Cantik banget sih Bianca"

"Adek...uhuy"

Jean berjalan menghampiri Bianca karena memang ia dan Bianca berlawanan arah dan ia juga ingin memberikan gadis parasit ini peringatan.

"A-ada apa kak?" Tanya Bianca dengan wajah merona ketika Jean berdiri didepannya.

Pikirannya berkelana dan membayangkan Jean menyatakan cinta dan mengajaknya berpacaran.

"Jauhin Zion" Ucap Jean datar membuat Khalayan yang disusun Bianca hancur begitu saja.

"A-apa?" Beo Bianca dengan raut wajah terkejut membuat Jean Berdecih.

"Jauhin Zion, Adek gue risih karena lo" Ucap Jean.

"Adik?" Ucap Bianca dengan tangan yang meremat tapi Ranselnya kuat.

"Lo ngertikan?" Tekan Cale membuat Bianca tersentak lalu memasang ekspresi wajah polos nan sedih.

"Kak Zion adik kak Jean? Tapikan Kak Zion itu adik Kak Axel. Kenapa kakak nggak jadi kakaknya Bia aja? Kalau kakak jadi kakaknya Bia, Bia pasti bahagia banget" Ucap Bianca dengan nada riang.

Jean menatap Bianca dengan tatapan menilai lalu Berdecih sedangkan Cale terkekeh pelan memuji kenaifan gadis munafik didepannya tersebut.

"Gue nggak sudi" Balas Jean lalu berjalan pergi meninggalkan Bianca dan Cale.

"Jauhin Adek gue juga, Zyan, Ingat itu gadis munafik" Ucap Cale lalu berjalan menyusul langkah Jean.

"Ini semua gara gara mereka" Gumam Bianca kesal.
.

.

.

Axel memainkan ponselnya dengan earphone yang menyumpal telinganya.

Ia hanya membalas pesan dari para pengikutnya Diaplikasi Instagram tanpa memperdulikan tatapan para sahabat dan teman sekelasnya.

"Xel, lo kenapa?" Tanya Vino yang kini berdiri didepan meja Axel membuat Axel mendongak menatapnya.

"Kenapa?" Tanya balik Axel membuat Vino mendengus. Ditanya malah nanya balik.

"Ya kan nggak biasanya lo diam gini, Biasanya juga gabung sama kita kalau jamkos gini"  Jelas Vino.

"Malas" Balas Axel lalu kembali memainkan Ponselnya setelah memberikan balasan tak berarti tersebut.

"Gue udah tahu permasalahan Jay sama lo, Lo marahkan gara-gara dijodohkan sama adiknya jay" Ucap Vino membuat pergerakan jari Axel terhenti.

Axel kembali menatap Vino dengan tatapan yang sulit diartikan. Egois, satu kata yang ia Sematkan untuk mereka.

"Hm, Kalian egois" Ucap Axel membuat suasana kelas hening seketika.

Jay mengode kepada para teman sekelasnya untuk meninggalkan kelas yang diangguki oleh mereka.

Beberapa menit kemudian, kelas kosong dan hanya meninggalkan mereka saja.

"Egois? Dimananya?" Tanya Jeff.

"Perlu gue jabarin satu persatu biar lo pada paham?" Balas Axel dengan tangan yang meremat Ponselnya.

"Lo berubah Xel" Ujar Albian yang sedari tadi hanya diam.

"Kalian yang buat gue berubah, Harusnya kalian sadar bahwa kalian terlalu masuk kedalam kehidupan gue"

"Wajar bukan? Kita sahabat" Ujar Vino.

"Kita nggak pernah bersahabat dan nggak akan pernah, Harusnya kalian sadar diri sebelum masuk kedalam kehidupan gue" Ucap Axel.
.

.

.

TBC
Vote and koment guys...

ZIAN NOT ZION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang