Chapter:05

34.7K 3.1K 47
                                    

Happy reading
.

.

.


Ruang guru.

Zion bersedekap dada sembari duduk di kursi didepan kepala sekolah dengan santai tanpa memperdulikan tatapan tajam yang dilayangkan Jesika dan mahen dkk.

"Kenapa kamu memukul Guru dan teman kamu Zion?" Tanya kepala sekolah.

"Saya pikir anda tidak buta dan tuli" Balas Zion.

Tengku yang menjadi saksi Kejadian tersebut hanya bisa berharap masalah ini cepat selesai karena bagaimanapun juga ia sangat tidak tahan dengan atmosfir diruangan ini.

BRAK!!

"DIMANA SOPAN SANTUN KAMU?! APAKAH KAMU TIDAK PERNAH DI DIDIK ORANGTUA KAMU?!!" bentak kepala sekolah.

Zion hanya menaikkan alisnya ketika mendengar bentakan kepala sekolah didepannya lalu berdecih.

"Sampah tetaplah sampah" Cibir Zion lalu berjalan pergi tanpa menghiraukan teriakan dan cacian kepala sekolah dan Jesika.

Ia tidak akan membuang waktunya hanya untuk diam dan duduk memgakui kesalahannya didalam ruangan menjijikkan itu.

"Kau salah mencari lawan pak tua"
.

.

.
11:30 Wib.

  Zion menatap Ella yg menghalangi jalannya ketika ia hendak berjalan kearah kantin sekolah.

Perutnya sudah terasa perih. Ia butuh makanan untuk mengisi perutnya setelah beberapa jam dihabiskannya untuk memberikan sebuah hadiah untuk oknum-oknum tertentu disekolah ini.

namun gadis ini menghadangnya sembari menatapnya dengan tatapan yg paling ia benci. Lotus putih.

"Hei lonte Lo ngapain menghadang jalan teman gue hah?!" tanya darren teman baru Zion membuat Ella kesal.

"Zion aku boleh ikut kamu ke kantin nggak? aku nggak punya teman disekolah ini" ucap Ella sembari menatap Zion.

Zion hanya menatapnya datar tanpa menjawab pertanyaan Ella. Suaranya terlalu mahal dan indah untuk didengar boleh mereka.

   Zion menarik tangan Darren lalu mendorong Ella kesamping dan berjalan pergi meninggalkan Ella yg masih bengong.

"Ish....Zion!! Jangan tinggalin Ella!"
.

.

.

"Lo mau pesan apa zi? biar sekalian gue pesenin" ucap Darren saat mereka telah duduk disalah satu bangku kantin.

"Sama" Ucap Zion yg diangguki oleh Darren. Beruntung dirinya memiliki satu sepupu seperti Zion jadi dia bisa mengerti bahasa kutubnya.

Darren bergegas pergi  penjual stand makanan, meninggalkan Zion yg duduk sembari memainkan ponselnya.

"Astaga Axel ganteng banget!"

"Jay juga nggak kalah ganteng"

"sumpah vino kenapa manis banget sih"

"Jeff kenapa kau tampan sekali? dinginmu membuatku semakin mencintaimu"

"OMG Albian ganteng banget"

Suara jeritan histeris dari para Siswi-Siswi dikantin membuat Zion menghela nafas panjang.

"Ekhem. Boleh kami duduk disini? meja lain sudah penuh" ucap Valen membuat Zion mendongak menatapnya lalu kembali menundukkan kepalanya, memainkan ponselnya.

"Hm"

Deheman singkat Zion sebagai jawaban setuju membuat Axel dkk menghela nafas dan menduduki kursi yang ada di sekitar meja tersebut.

"Pesen Jay"

"Ok. Kalian mau apa?"

"Samakan aja semua"

"Ok ok. gue pergi dulu, tunggu sebentar ya"

Hening melanda meja tersebut. Zion meletakkan ponselnya diatas meja lalu menatap sekitarnya dengan tatapan bosan.

Ting!

Zion mengalihkan atensinya. menatap ponsel disebelahnya yg menyala. ia meraihnya dan mengerutkan keningnya ketika mendapatkan pesan dari sosok didepannya.

   Abang Axel
Online

' Nanti malam jangan kemana-mana. Keluarga besar datang nanti malam'
10.00
√√

Zion meletakkan ponselnya kembali meletakkan ponselnya diatas meja tanpa niatan membalas pesan dari Axel.

Axel menatapnya dengan tatapan bingung. ada rasa tidak nyaman ketika melihat tatapan adik bungsunya yg kini berubah.

Tatapan yg biasanya  selalu menyiratkan banyak arti kini hilang tergantikan dengan tatapan kosong seperti tidak ada gairah hidup.

Seringkali ia mendapatkan tatapan yg seakan mengatakan bahwa mereka hanyalah orang asing yg tinggal dalam satu atap namun ia maklum atas hal itu.

"Zion nih pesenan Lo" ucap Darren membuyarkan lamunan Axel.

Darren meletakkan satu mangkuk bakso keatas meja di depan Zion beserta jus jeruk yang langsung membuat Zion teringat masa lalunya.

Bakso. Makanan satu itu membuat Zion mengingat ingatannya dulu. Ia sangat menyukai makanan ini namun karena sang abang tidak menyukainya maka ia juga tidak boleh memakannya.

Bodoh sekali bukan dirinya? Namun kalah itu ia tidak dapat berbuat apa-apa selain menurut.

"Zion kenapa?" Tanya Dareen membuat Zion tersentak lalu menggelengkan kepalanya.

Zion menundukkan kepalanya, menghindari tatapan dari para manusia didepannya, Ia pura-pura fokus dengan bakso didepannya.


"Beneran nggak papa?" Tanya Darren lagi.

"Ya" Balas Zion dengan senyuman tipisnya.

Zion menatap makanan Valen dkk lalu mengerutkan keningnya ketika makanan Axel berbeda sendiri.

Bukannya katanya sama semua? Lalu kenapa makanan Axel nasi goreng disaat makanan mereka adalah seporsi bakso?.

Zion menatap Axel yang juga menatapnya lalu tersenyum membuatnya refleks tersenyum tipis kembali lalu dengan cepat kembali menatap baksonya.

"Zion aneh"

.

.

.

TBC
vote and koment guys..

ZIAN NOT ZION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang