Chapter:12

29.1K 2.6K 72
                                    

Happy Reading
.

.

.

Voment guys...
.

.

.

Axel menatap pantulan wajahnya dicermin dengan tatapan kosong, Bibirnya terkatup rapat dengan otak yang selalu berisik.

Ia menghela nafas lalu menundukkan kepalanya, menatap Pergelangan tangannya yang dipenuhi dengan goresan silet.

Menyakitkan namun hal itu bisa memberikan ketenangan tersendiri.

Self harm.

"Capek" Gumamnya.

Air matanya menetes, membentuk sungai kecil dipipi putih tersebut. Rasanya begitu menyakitkan ketika harapan yang diharapkan tidak kunjung datang dan malah memberikan sebuah rasa sakit.

"Gue capek" Gumamnya kembali lalu terkekeh pelan dengan tatapan kosongnya.

Berharap bahwa rasa sakit ini segera pudar, berharap bahwa suatu hari nanti orangtuanya akan menyayanginya, entah kapan itu ia tidak tahu.

Namun ia berharap ia bisa memeluk kedua orangtuanya dan mendapat ciuman penuh kasih sebelum Tuhan merengkuhnya.


Axel iri dengan Xico Yang selalu mendapatkan apapun yang ia mau sejak dulu, Kasih sayang? Ia mendapatkan kasih sayang dari mana-mana tidak sepertinya.

"ARGHH!! Berhenti berharap Axel! berhenti disini, semua harapan mu hanya akan menyakitimu" Monolognya.

"Hahahaha gila, Memang gila"

BUGH!!

BUGH!!

BUGH!!

PRANG!!

Axel mendongak, menatap cermin dan terkekeh pelan ketika melihat cermin yg sudah tak terbentuk lagi. Sangat mirip dengan keadaan mentalnya sekarang.

Darah menetes ke lantai, membuat warna yang kontras dengan lantai yang putih. Punggung tangannya terluka namun Axel acuh akan hal itu.

Axel kembali menundukkan kepala nya sembari meremat pinggiran wastafel kuat.

"Untuk saat ini jadilah Boneka yang baik Sebelum tuhan merengkuhmu ke pelukannya " Ujar Axel.

"Semangat Axel hanya tinggal sebentar lagi setelah itu mari kita akhiri kisah kelam ini"

Tidak ada orang yg menyemangatinya membuatnya harus memberikan semangat untuk dirinya sendiri agar bisa bertahan sebelum ia memilih menutup kisah kelamnya.

Axel menghela nafas lalu membasuh wajahnya beberapa kali dan berhasil mendapatkan ketenangannya.

Beruntung ia mendapatkan kamar mewah dengan fasilitas kedap suara, Ya setidaknya ia tidak dihukum ataupun dimarahi karena membuat kegaduhan.

Axel menghela nafas lalu berjalan keluar dari toilet dengan wajah tanpa ekspresi seperti biasanya.

Takdir yg memaksanya menjadi kuat bahkan disaat ia harus berpura-pura senyum didepan banyak orang.

ZIAN NOT ZION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang