Chapter:25

16.4K 1.6K 66
                                    

Happy Reading
.

.

.

Happy reading.

.

.

.

Mansion Sebastian. Indonesia.

20:00 Wib.

Ziva menatap langit yang gelap tanpa bintang, Angin berlalu meniup Rambut panjangnya yang sengaja ia gerai.

"Apa Zian disana bahagia Mas? Aku yakin dia pasti sudah bahagia diatas sana bersama dengan mama" Ucap Ziva membuat Sang suami menoleh Menatapnya.

Vino yang tengah mengerjakan beberapa dokumen menoleh, menatapnya dengan tatapan sendu lalu menghela nafas.

"Tentu, Dia pasti sangat bahagia disana" Balas Vino.

Pria dewasa itu lalu menoleh ke arah bingkai photo dimana satu keluarga terdapat disana dengan senyuman manis nya seolah terlihat layaknya keluarga yang bahagia.

Ia melihat Zian yang tersenyum manis dan alvian yang merangkul bahu sang putra erat sembari tersenyum layaknya saudara yang sangat dekat dan akur.

Nyatanya itu semua palsu, Senyum itu palsu, Senyum itu menyimpan rasa sakit  yg ditutupi untuk menipu pandangan publik tentang keluarganya.

"Zian, Mama merindukanmu. Tuhan aku merindukannya, bisakah kau membawanya kembali padaku? Sebentar saja" Ujar Ziva.

Sebanyak apapun kata andai tidak akan pernah bisa mengembalikan sang putra kembali ke dekapannya.

Ziva menghela nafas lalu meremat pembatas balkon kuat ketika rasa sakit kembali menyeruak.

Vino menghela nafas lalu beranjak berjalan menghampiri sang istri dibalkon kamar mereka lalu merangkul bahu Ziva seolah memberikannya kekuatan seperti sebelum-sebelumnya.

"Siang itu sebelum dia bunuh diri dia menyerahkan raport nya dan kita memarahinya begitu tahu bahwa nilainya tidak sempurna seperti milik alvian"

Vino mengusap bahu bergetar tersebut untuk menenangkannya meskipun dia juga berusaha menahan tangisnya.

"Kita menamparnya dan mengatakan kalimat yg bahkan tidak pantas didengar, Hiks sekarang aku menyesal"

Vino menatap lurus kedepan dengan air mata yang telah menetes ke pipinya, Ia menyesal.

Ia masih bisa mengingat betapa rasa sesak yang ia rasakan ketika tubuh berlumuran darah putranya dievakuasi.

Dan dunianya langsung hancur sesaat Dokter mengumumkan waktu kematian sang putra bungsu.

"Kita harus tetap hidup Ziva. Kita harus merasakan penyesalan ini seumur hidup sebagai hukuman akibat perlakuan kita kepadanya" Ujar Vino.

"Hiks Iya"

Vino memeluk tubuh Ziva ketika sang istri menangis terisak dipelukannya dengan tangan yang meremat kemeja hitam yang tengah ia kenakan.

ZIAN NOT ZION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang