Ceklek!
Bambam membuka pintu kamar Lisa.
Diikuti oleh Bobby dan Jennie, Lisa dipapah oleh keduanya untuk masuk kedalam kamar.
"Sudah kukatakan untuk pakai kursi roda saja. Benar-benar keras kepala!" omel Bambam kepada sahabatnya itu. Dan hanya disambut oleh senyum simpul dari Bobby dan juga Jennie.
Sedangkan Lisa hanya sibuk meringis saja diantara langkahnya.
Ia terlihat masih cukup merasa nyeri pada pergelangan kakinya.
Brukk!
Suara si Manoban ketika setengah membanting bokongnya sendiri kala ia duduk diatas kasurnya.
"Akh!"
Gadis itu meringis lebih keras.
Jennie yang mendapati pemandangan itu, dengan sigap meresponnya.
"Sakit sekali?"
"Aku merasa kram dari bawah sampai ke paha. Itu pasti karna aku terlalu banyak berbaring ketika di rumah sakit."
"Tapi kau memang harus beristirahat, Lalisa. Aku akan memijatnya agar tidak terlalu kaku."
Lisa tak menolak.
Ia membiarkan Jennie kini memijat betis sampai ke paha sang kekasih yang terlihat cukup tersiksa merasakan nyeri disana-sini.
Bobby dan Bambam yang berada disana menyimak pemandangan yang sama.
Sejak kecelakaan itu terjadi dua hari yang lalu, keduanya memang tidak terlalu simpatik kepada kekasih dari sahabatnya itu.
Mereka memiliki insting yang buruk kepada Jennie, dan merasa tak sepenuhnya percaya dengannya.
Tetapi karna Lisa seolah sudah menutup mata dari segala opini mereka, dua pria itu tak bisa berbuat apa-apa.
Bobby dan Bambam hanya bisa memantau saja, sejauh mana hubungan Lisa dan Jennie berjalan.
Mereka hanya takut, Lisa akan kembali dikecewakan.
Bobby kemudian berjalan ke lemari es untuk mengambil beer. Yang tak lama kemudian, diikuti juga oleh Bambam.
Kedua pria itu kini duduk diatas sofa yang berada disudut, sambil kembali memperhatikan Lisa dan Jennie.
"Kenapa Lisa begitu menyukainya? Tidak. Dia bahkan sudah tergila-gila sampai otaknya menjadi sinting." Bambam memulai percakapan.
Bobby yang sedang meneguk beer nya, hening sesaat bersama pandangannya yang menatap fokus pada kekasih si Manoban.
Pikirannya kemudian mengambil alih.
"Entah kenapa, aku merasa familiar dengannya." ucap Bobby tiba-tiba. Yang seketika menarik perhatian Bambam.
"Benarkah? Kau mengenalnya?"
"Tidak. Hanya saja, dia terlihat tidak asing."
Bobby menatap lekat-lekat wajah Jennie dari jarak pandang cukup jauh itu. Mencoba mengingat-ingat, dimanakah ia pernah melihat Jennie.
Namun setelah berusaha mencari tahu, Bobby tetap tak berhasil menemukannya.
"Hhh... Mungkin aku salah orang." ujarnya kemudian, menyerah dengan pernyataannya sendiri.
Diteguknya kembali beer itu, seraya merebahkan diri untuk beristirahat sejenak.
Tetapi rupanya rasa penasaran Bambam belum berhenti sampai disana. Ia masih ingin memaksa sahabat karibnya itu untuk berusaha mengingatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Money
RomanceApa yang paling dibutuhkan seseorang didunia ini untuk bertahan hidup? Jawabnya, tentu saja uang. Segala hal akan dilakukan demi menuntaskan obsesi tersebut. Begitu pula bagi Jennie dan Lisa. Dimana keduanya sama-sama memiliki kepentingan sendiri da...