Money - 12

2.1K 277 126
                                    

Yamaha R15 hitam baru saja berhenti disebuah rumah besar milik Jinyoung Park, ayah tiri Lalisa.

Sesuai janji gadis itu kepada sang kakak, ia akan datang bersama Jennie untuk melihat kakak kandungnya bermain violin bersama guru privatnya.

Jennie yang kini baru saja turun dari motor besar milik sang pacar, tampak merapihkan sejenak rambutnya.

Dengan sebelah tangan yang memegang sebuah kotak berisi cake buatannya sendiri, wanita itu bercermin pada spion motor Lalisa.

"You're so fine, baby. As always..."

Bibirnya mengulum senyum atas pujian yang baru saja terlontar dari bibir ranum milik sang pacar. Namun tetap tak menghentikan gerakannya yang sedang mengupgrade dandanannya siang ini.

"Aku lebih khawatir cake ini tidak cukup menolong. Mian, karna aku tidak bisa membeli yang lebih mahal." jawabnya kemudian dengan raut sungguh-sungguh.

Lalisa mengulum senyum. Kemudian menarik bahu sang kekasih untuk menghadapnya.

Dibelainya anak rambut cantik milik Jennie yang tampak jatuh diatas dahinya, sembari menikmati wajah innocent favoritnya.

"J, jangan pernah menghitung apapun didalam hubungan kita. Aku hanya butuh ketulusanmu saja. Cake ini adalah yang terbaik, karna kau membuatnya dengan sepenuh hati untuk merebut hati kakakku. Itu sudah lebih dari cukup, sayang. Sebab aku bersyukur, ternyata kau mau berjuang untuk kita."

Bibir tebal Jennie terbuka sedikit akibat tersentuh oleh ucapan Lalisa yang terlihat serius dengan kata-kata manisnya.

Tidak ada satupun keraguan yang ia rasa.

Semakin yakin, gadis barbie ini memang kekasih terbaik yang pernah ia miliki.

"Jadi, jangan cemaskan apapun. Cukup jadi dirimu sendiri saja. Karna kepribadianmu sendiri sudah sangat mempesona. Oke?"

Jemari si Manoban mencubit kecil pipi mandoo miliknya, dimana Jennie tidak bisa untuk tidak tersenyum membalasnya.

"Kau memang sweet talker."  balasnya, sebagai upaya mengatasi rona wajahnya yang tersipu.

Dan Manoban menyadari jelas hal itu.

Bibirnya tersenyum lagi, tak mau dengan sengaja membuat Jennie salah tingkah karna gombalannya.

Tubuh jangkung itu lantas turun dari jok motor, lalu menggamit bahu Jennie untuk berjalan dalam rangkulannya.

"Let's come in, baby. Eomma dan Eonnie pasti sudah menunggu."

Ruby Jane setuju, lalu membiarkan tubuh mungilnya berada dalam kungkungan sang pacar.

Selagi mereka berjalan menuju pintu, ponsel Jennie tiba-tiba bergetar.

Drrtt! Drrtt!

Dengan sebelah tangan yang merogohnya dari dalam saku, Jennie melirik sebuah pesan yang berada dilayar.

Irene :T
"Kau dimana? Aku bersama Seulgi diapartemenmu. Tuan Jay asisten wanita itu, baru saja mengirim lingerie merah untukmu, Jane. Gila! Itu Chanel. Harganya bahkan bisa membeli harga diri kita. Haha..."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang