Money - 33

1.7K 221 39
                                    

At Ruby Jane's Collection.

"Suhyun-ssi?"

"Ne, Nona J."

"Tolong lakukan pemesanan untuk payet-payet dengan model seperti ini. Aku butuh banyak untuk design dress terbaru."

"Aghesimnida."

Jennie memberi intruksi kepada salah satu pegawainya, yang langsung dikerjakan saat itu juga.

Wanita bermarga Kim itu terlihat serius dengan pola yang baru saja ia buat.

Kertas-kertas berisi design busana hasil karyanya sendiri, yang saat ini tengah ia perhatikan satu persatu dengan begitu detail.

Ruby Jane, si wanita perfeksionis.

Meski hanya satu butir payet, ia tetap harus jeli mempadupadankannya .

"Adikku sedang sibuk, hm?"

Suara seorang wanita yang sungguh tidak asing baginya kini datang menghampiri.

Saking seriusnya ia bekerja, Jennie sampai tidak sadar sejak kapan kakaknya berdiri memperhatikannya.

"Eonnie?"

Kim Jisoo mengulum senyum sebagai balasan atas sapaan yang diberikan sang adik.

Langkahnya pun berjalan mendekat, dengan sebuah tas yang masih tersampir dibahu.
Dia terlihat baru saja pulang bekerja.

"Kau datang sendiri?"

"Memangnya harus dengan siapa?" Jisoo bertanya balik dengan intonasi sinis.

Jennie yang sudah hafal betul dengan sifat sang kakak, tentu sudah bisa menebak kira-kira alasan apa yang membuat kakaknya seperti ini.

"Rosie masih dikampus?" tanya Jennie melempar umpan, yang hanya dibalas dengan angkat bahu oleh Jisoo.

Jennie semakin yakin, Roseanne adalah alasan utama mood swing kakaknya kambuh.

"Kau sudah makan? Aku membawa ayam goreng dan jjampong."

Jisoo memberi penawaran sambil membuka beberapa bungkus makanan yang ia bawa.

Sang adik akhirnya meninggalkan sketsa-sketsa design itu untuk mendekat kepada kakaknya.

Dia menarik kursi, lalu menuangkan jus jeruk yang sebelumnya sudah tersaji diatas meja.

"Oh ya, malam ini aku menginap lagi diapartemenmu, oke? Jika kau tidak keberatan."

Jennie menautkan alisnya penuh tanya.
Sebab akhir-akhir ini, sang kakak memang cukup sering menginap diapartemennya.

"Kalian masih bertengkar sejak hari itu?" tanyanya penasaran.

"Hari apa?"

Memutar mata sejenak, Jennie mulai jengkel dengan sikap menyebalkan Jisoo yang apatis dan pura-pura tidak mengerti.

"Hari saat kau menolaknya, Eonnie." jawab Jennie dengan intonasi gemas.

"Oh. Tidak. Kami tidak bertengkar, karna dia tidak masalah dengan hal itu."

"Jinjja? Dia tidak masalah kau menolak lamarannya?"

"Memangnya apa yang bisa dia lakukan? Memaksaku? Dia tentu tahu itu tidak akan berhasil."

"Right."

Sang adik menyerah dengan helaan nafas, sebab perbincangan itu . Jennie bungkam untuk sementara, dan memilih untuk mulai makan bersama Jisoo.

MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang