Money - 14

2K 299 106
                                    

"Selama kau belum benar-benar fit, aku melarangmu menari di bar itu."

Jisoo mengutarakan permintaannya pada Jennie yang sebetulnya cenderung terdengar seperti perintah.

Jennie, yang menerima instruksi itu kini menampilkan ekspresi serius kepada kakaknya.

Jemarinya yang baru saja meraih segelas air mineral untuknya meminum obat, tak segera ia lakukan karna saat ini dia tampak akan mengeluarkan interupsinya.

"Lalu bagaimana dengan hutang-hutangku, Eonnie?" sindir si bungsu Kim lewat pertanyaannya.

Kim Jisoo seketika memperlihatkan reaksi penuh makna.

Sambil menyerahkan dua butir obat kepada Jennie, dia lantas berkata. "Aku yang akan menggantikanmu disana."

Sontak saja Jennie terkejut bukan main.

"Mwo? Jangan bercanda, Eonnie."

"Aku serius. Bukankah sahabatmu itu selalu mengatakan kau memiliki kakak yang tidak pernah memperhatikanmu? Maka sekarang aku sedang mengkoreksi penilaiannya. Bahwa aku yang akan menggantikan pekerjaanmu itu, karna aku tidak ingin adikku menjadi wanita murahan disana."

"Biarkan aku yang mengkoreksimu dahulu, bahwa aku tidak menjadi wanita murahan disana. Aku bekerja sebagai penari, dan orang-orang membayarnya sebagai jasa. Itu saja."

Jisoo tampak memutar mata.
Seperti biasa, ia selalu berbeda pendapat tentang hal itu.

Langkahnya lantas berjalan menuju pintu apartemen Jennie, yang belum sepenuhnya tertutup.

Jennie baru saja pulang dari rumah sakit, setelah dua hari ia dirawat disana.

Ia ditemani juga dengan Rosie, yang masih berada dibawah untuk memarkirkan mobil.

"Terserah apa katamu. Tapi tidak boleh ada bantahan atas permintaanku tadi."

Kim bersaudara itu kini saling beradu mata.

Dalam hati kecil Jennie, ia bertanya apa yang mendasari Jisoo dengan nekad ingin menggantikannya di bar?

Ia bahkan tahu bahwa kakaknya itu tidak cukup pandai menari.

Jisoo ahli dalam bermusik, tapi tidak untuk menggerakkan tubuhnya apalagi dalam tarian sensual yang biasa Jennie lakukan.

"Itu benar-benar mustahil." celetuk Jennie kemudian.

Posisinya kini merebahkan diri, setelah sebelumnya ia baru saja meminum obatnya karna rasa pusing yang melanda.

Jisoo tahu, sang adik jelas tidak percaya dengan niatnya.

Namun ia masih tetap merasa tidak perlu untuk meyakinkan adiknya itu, sebab Jisoo memang tidak butuh persetujuan Jennie.

Ia akan melakukan apapun yang sudah menjadi pertimbangannya sendiri, dan tidak akan meminta izin siapapun atas itu, termasuk pacarnya sendiri.

Ceklek!

Pintu kemudian terbuka lagi.

Kim Jisoo menoleh, dan menemukan Rosie yang menenteng menu makan malam untuk mereka.

Jisoo melirik bungkusan itu.

"Mian... Tadi aku keluar lagi, karna baru ingat kita tidak memiliki menu untuk makan malam. Aku membeli tiga jjangmyeon, juga beberapa bahan makanan untuk Jennie selama dia beristirahat." ucap Rosie dengan gerakannya yang saat ini tengah meletakkan kantung belanjaan itu diatas meja.

Jennie membuka matanya. Membagi pandangannya pada kekasih dari kakaknya itu.

Diliriknya juga Jisoo, yang saat ini tengah melakukan hal yang sama seperti dirinya.

MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang