Money - 18

2.5K 292 71
                                    

Klik!

Lisa menutup sambungan telepon, yang baru saja terhubung dengan Seo Yeaji.

"Hhh..."

Nafasnya melenguh berat kemudian.

Rambut yang sedikit berantakan setelah ia melepas helmnya, kini benar-benar sudah tidak ia pedulikan.
Sebab si Manoban tampak penat dengan kepalanya yang kini menelungkup diatas stang.

Muncullah Bobby dan Bambam yang baru saja datang dengan menepuk bahunya.

"Hey! Tidak apa-apa. Kita bisa mencobanya diarena ketiga." ucap Bobby mencoba memberi semangat pada Lisa yang baru saja kalah dari pertandingannya.

"Itu benar. Kau ingin aku mengecek dulu R15 mu?" tawar Bambam kemudian, namun disambut gelengan kepala oleh si Manoban.

"Aku harus pergi sekarang."

"Eoh? Kau akan ke rumah sakit?"

"Tidak. Seorang pelanggan VIP memintaku menari."

"Bukankah itu artinya kau akan mendapatkan uang? Lalu kenapa wajahmu kusut seperti itu?"

Lisa tak segera menjawabnya. Pertanyaan dari Bobby membawanya pada perasaan gundah akan mantan kekasih yang tinggal dilantai yang sama oleh Seo Yeaji.

Mood nya berubah kian kacau.

Fuck! Kenapa aku harus menerima tawaran itu?

Kegelisahannya tersimpan dalam hati. Dimana ia tidak memiliki pilihan lagi.

"Entahlah. Ada banyak hal yang kupikirkan." jawabnya kemudian.

"Lisa, jika itu masih soal wanita itu-,,,"

"Bob!"

Si Manoban memotong ucapan Bobby sebelum pria itu menyebut nama Jennie.
Lisa sedang tidak ingin menerima petuah apapun saat ini, apalagi yang berhubungan dengan mantan kekasih.

Ia merasa perlu menenangkan hatinya saat ini, agar bisa fokus mencari uang karna ladang pemasukannya sekarang sudah diambil alih oleh Jennie.

"Okay! Just make sure u'll gonna be ok."

"I'll be okay. Don't worry, bro!"

Senyum manis dari si wajah barbie terukir dengan sedikit dipaksakan. Sebab Lisa berusaha tetap tenang.

"Kalau begitu jaga dirimu. Keep safe riding."

Lalisa mengangguk dengan memakai kembali helmnya.

-------------------

Pukul sebelas malam, Jennie baru saja tiba diapartemennya.

Sesuai dengan yang dia pinta, Rosie mengantarnya sampai kesana.

Pandangan mata Roseanne Park lantas mengeliling ke tiap sudut yang berada di apartemen mewah itu.

Jennie sudah bercerita sedikit, perihal ibunya yang menyewakan apartemen ini.

Otomatis, si gadis Park menunjukkan ekspresi tidak senang.

"She's getting crazy."

Komentarnya, yang ia tujukan untuk sang ibunda.

Jennie hanya melirik sekilas, sembari membuka lemari es untuk mengambil sekaleng softdrink untuk mantan kekasih kakaknya ini.

Diletakkannya minuman itu diatas meja.

"Minumlah. Aku ingin berganti baju sebentar."

Roseanne mengangguk.
Pandangannya kini memperhatikan punggung Jennie yang masuk kedalam kamar, lalu berjalan menuju sudut jendela.

MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang