PROLOG

460 48 40
                                    

"Satu vote dari kalian sangat berharga untuk Author."

***

Dor...dor...

Suara tembakan revolver itu menggema dari balik gudang sekitar pelabuhan dan seketika memecahkan keheningan malam. Asap putih mengepul dari lubang tempat keluarnya peluru yang kini telah bersarang di jantung sang pria yang kini sudah tergeletak tak bernyawa. Darah mengalir dari tempat peluru bersarang, menodai kemeja putih jasad itu dan menjadikan bercak merah yang sulit dihilangkan karena telah memercik di beberapa bagian tubuh pelaku.

Terlihat seorang pria ketua organisasi itu berjalan meninggalkan tubuh tak bernyawa sambil memutar-mutarkan revolver kesayangannya. Wajahnya yang penuh dosa tidak bisa tersentuh oleh cahaya bulan, namun senyumnya yang licik bisa terlihat dengan jelas di tengah gelapnya malam.

"Bos, apakah kau akan membiarkan dia tergeletak disana?" tanya orang yang kini berjalan dibelakang orang yang di panggil bos.

"Ck, mereka tak akan tau keberadaan kita. Jika keberadaan kita diketahui, berarti Ballo benar NOREM," sahut si bos dengan suara beratnya.

NOREM ialah sebutan untuk mereka yang ternyata penyusup atau mata - mata dari luar untuk melakukan spionase terkait organisasi. Not real member, disingkat dengan NOREM.

Bos, atau yang sebenarnya memiliki nama Stout, ketua dari sebuah organisasi terlarang. Ini bukan nama asli, mungkin ini hanya codename. Di dalam organisasi ini, mereka semua memiliki nama yang diambil dari minuman alkohol. Begitu juga Stout dan Ballo.

Organisasi ini terbilang sangat sulit ditembus oleh kepolisian karena beberapa kali mereka mengirim mata-mata, semuanya tak ada yang berhasil kembali dengan keadaan bernyawa. Dan tak ada satupun dari mereka yang mengetahui keberadaan pasti organisasi ini karena mereka yang selalu berpindah-pindah atau tidak menetap pada satu tempat.

"Apa menurut mu, masih ada NOREM di dalam organisasi kita?"tanya Stout pada orang yang kini duduk bersampingan dengannya sembari menyetir mobil klasik Cadillac V-16 Phaeton 1934 berwarna hitam.

"Aku rasa tidak ada lagi bos. Tapi, hanya saja belakangan ini aku merasakan gelagat yang aneh dari Stella," jawab Raki, pria yang dimaksud. Raki bisa dibilang tangan kanan Stout. Kemana pun Stout pergi, Raki selalu ada layaknya ajudan.

"Wanita itu ya, Stella Artois. Hanya dia yang punya dua nama. Tapi aku tak merasa menyurigainya,"ucap Stout.

"Kalau saja nantinya dia akan menghianati organisasi, aku tak akan membunuhnya," lanjut Stout yang kemudian membuat Raki menoleh sekejap.

"Apa alasannya kau tidak akan melenyapkan Stella?" tanya Raki yang tak ingin menerka-nerka begitu saja asumsinya.

Stout menyeringai, "Apa begitu penting untuk kuberi tahukan ini pada mu?" tanyanya.

"Tidak bos," jawab Raki singkat. Memperpanjang pembicaraan hanya akan memperpendek usianya karena bisa saja Stout langsung melenyapkannya saat itu juga.

Keduanya terus melalui perjalanan hingga tak terasa sinar matahari sudah perlahan bergradasi di langit fajar yang indah. Sebagai tanda kalau mereka telah menyelesaikan misi kemarin dan bersiap untuk misi hari ini.

ALSON : Genius In 113Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang