💌 7: Memori di pantai

1.6K 91 10
                                    

I want to see who you are now, Nana. My sweet childhood friend.

-Arion Putra Gunatama

♡♡♡

***

Saat ini Nadine dan Dirga sedang berjalan beriringan di koridor untuk kembali ke kelas. Keadaan sedikit terasa canggung diantara keduanya, karena tidak ada yang berbicara.

Dirga sengaja memelankan langkah menuju kelas, karena ada hal yang masih ingin ia tanyakan pada Nadine.

"Nadine? " Dirga membuka suara.

Nadine lantas menengok sekilas Dirga yang ada disampingnya kini. Berusaha untuk rileks agar situasi tak terlalu canggung. "Kenapa, Pak? "

"Kamu tadi diganggu sama senior kamu itu? " tanya Dirga.

"E--enggak, P--Pak, " jawab Nadine terbata-bata.

Melihat jawaban Nadine yang kurang menyakinkan, membuat Dirga kembali bicara. "Katakan saja yang sebenarnya, Nadine? Tolong jujur pada saya? "

Mau tidak mau Nadine akhirnya mengangguk meski agak ragu.

Dirga lantas menghela napas kasar. "Selalu saja begitu, "

Mendengar gumaman Dirga, Nadine lantas sedikit berkerut kening.

Dirga kemudian menghentikan langkah sejenak, lalu berbicara. "Di sekolah ini, sudah sangat sering sekali terjadi perilaku penindasan dan pembullyan. Biasanya di sekolah ini, tindakan seperti itu sering dilakukan oleh senior pada adik kelasnya. Dan saya benci yang namanya pembullyan. Saya takut, kamu juga akan mengalami nasib yang sama seperti adik saya, ''

"A--adik Bapak? " tanya Nadine hati-hati.

"Ya. Adik saya adalah sasaran bahan pembullyan di sekolahnya. Ia kerap kali di bully oleh seniornya. Saya amat kasihan pada adik saya, apalagi beberapa kali ia berpikir untuk mengakhiri hidupnya, tapi saya selalu melarang ia berpikir hal seperti itu. Saya takut suatu hari nanti ia bisa nekat, " ungkap Dirga.

Nadine menatap Dirga sendu, ternyata.... Pak Dirga mempunyai seorang adik yang juga korban bullying di sekolah.

"Adik Ba--- " Baru saja Nadine ingin berbicara, suara Dirga langsung menyela.

Pria itu melirik arloji di tangannya, "Sepertinya kita harus cepat kembali ke kelas. Saya hampir lupa kalo sekarang adalah jam saya, ayo! "

Setelah mengatakan itu, Dirga langsung berjalan mendahului Nadine dengan langkah tergesa-gesa. Pria itu seolah menghindari pertanyaan Nadine yang sudah jelas akan menanyakan perihal adiknya itu.

Nadine memandang punggung Dirga yang perlahan menjauh, ia jadi curiga, sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan gurunya itu. Tentang adiknya. Dengan menghela napas, Nadine pun akhirnya kembali melanjutkan langkahnya menuju ke kelas.

***

Tepatnya sore ini, Arion menapakkan kaki di atas hamparan pasir putih, di bawah awan yang akan menampakkan warna jingga pekat. Ia memejamkan mata, menghirup udara segar. Bisa tertangkap jelas di indera pendengarannya, suara deburan ombak saling berkejaran yang mengikis karang. Arion suka suara itu.

Semuanya terasa nyaman, damai, dan tentram. Entah sejak kapan pantai mulai menjadi favoritnya. Tempat meluapkan segala kekesalan, menenangkan diri, dan mengingatkan pada memori-memori masa lalu.

Terutama ingatan tentang gadis cilik itu. Nana. Nama yang menggemaskan, yang selalu membuat hati Arion menjadi menghangat kala mengingat nama itu, sosok itu, dan wajah manis itu.

NOT A FOREIGN GIRL [END+COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang