💌 10: With pak Dirga

1.5K 74 24
                                    

A/N: Besok udah lebaran aja, nih.
Kalau gue ada salah sama
kalian, tolong dimaafkan semua
kesalahan gue yaa ges. Baik yg di
sengaja ataupun ga di sengaja.
Karena manusia tempatnya salah dan khilaf dan kesempurnaan hanya milik
Sang Pencipta 🖤

Minal aidzin walfaidzin
mohon maaf lahir dan batin 🙏🖤

^^^

Happy Reading all 🍁

-

Nadine melenguh, membuka matanya perlahan, mengerjap beberapa kali. Dapat ia lihat ruangan bercat putih dengan bau khas obat-obatan, menyeruak di indera penciuman.

Ia sedikit meringis, tangannya terulur memegang kepalanya yang masih sakit dan pusing.

"Sudah sadar? " Suara berat milik Dirga yang pertama kali menyapa indera pendengaran Nadine.

Perlahan Nadine menoleh ke arah Dirga yang berjalan mendekati brangkar.

"Masih sakit? " tanya Dirga pada Nadine.

Nadine mengangguk lemah sambil memegang kepalanya. Ia merasakan sebuah kapas dan plaster sudah melekat di bagian luka kepalanya.

Pelan-pelan, Nadine berusaha bangun untuk duduk, lalu bersandar di kepala ranjang.

Helaan napas keluar dari bibir Dirga. Pria itu bertanya, "Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu Nadine? "

Nadine memejamkan mata sesaat, sebelum menjawab pertanyaan Dirga. "Sa--saya dihukum sam---"

Ucapan Nadine mendadak berhenti, membuang Dirga menekuk alis. "Dihukum sama siapa, Nadine? "

Nadine jadi bimbang ingin menjawab yang sebenarnya. Ia ingin mengatakan jujur pada Dirga, tapi di satu sisi ia takut pada Arion jika nanti cowok itu tahu bahwa ia mengadu pada Dirga. Nadine dilanda dilema.

"Nadine, jawab pertanyaan saya? " tanya Dirga lembut, amat lembut. Suaranya seolah menjadi candu di telinga Nadine.

"Saya tadi... ikatin tangan saya sendiri, "

Jawaban Nadine sontak direspon dengan raut wajah heran milik Dirga. Bodoh, dalam hati Nadine merutuki dirinya sendiri. Sudah ketahuan sekali kalau ia berbohong, apalagi jawabannya sama sekali tidak logic. Dan semua itu diucapkan di hadapan Dirga.

Alis Dirga masih berdekut, "Kamu bohong! "

Nadine mengerjap beberapa kali mendengar perkataan Dirga. Apalagi setelahnya, Dirga terus memaksa Nadine agar menjawab pertanyaannya.

"Katakan yang jujur pada saya, Nadine! " desak Dirga.

Nadine akhirnya menghela napas, ia mengangguk, membuat Dirga tersenyum tipis. Lalu ia mulai menceritakan kejadian
saat di UKS tadi pada gurunya itu.

***

Hari sudah malam, sehingga Dirga dan Nadine memutuskan untuk cepat pulang dari rumah sakit. Untungnya Dirga yang membayar biaya administrasi dan obat untuk Nadine. Pria itu memang baik.

Keheningan menyelimuti kedua orang yang tengah berada dalam satu mobil. Dirga fokus menyetir mobil sambil memandangi jalanan di depan, sedangkan Nadine memilih untuk menatap jalanan yang dilaluinya lewat kaca mobil yang ia turunkan.

Nadine mengalami trauma di bagian kepala kiri akibat benturan yang sedikit keras itu. Meski dokter mengatakan bahwa cedera di kepalanya itu tidak terlalu parah dan masih dapat disembuhkan, tentu masih beresiko berdampak pada gangguan saraf dan memori gadis itu. Ia ingat, bahwa dokter juga menyarankan dirinya agar untuk beristirahat, dan dapat mengelola stress dengan baik.

NOT A FOREIGN GIRL [END+COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang