💌 8: Sebuah luka fisik

1.6K 84 24
                                    

I'm like a stranger in my own family

-Nadine Putri Gabriel -

♡♡♡

Pagi ini Nadine sudah siap dengan seragam sekolahnya, tidak lupa gadis itu mengenakan jacket hitam agar menutupi sekujur lengannya yang penuh luka dan memar.

Ia lalu berjalan keluar kamarnya, menuju dapur untuk sarapan pagi.

Dilihatnya Saga, Talia, dan Nasha yang tengah begitu asik sarapan dan mengobrol ringan tanpa dirinya. Nadine menarik napas sejenak, lalu perlahan mendekati meja makan yang diisi oleh tiga orang itu.

"Pagi, Pa, Ma, " Nadine menyapa mereka, tersenyum amat tipis. Karena sudut bibirnya yang masih sakit.

Seperti biasa, tidak ada jawaban. Semuanya tetap fokus pada kegiatan melahap mereka, tanpa mengalihkan sedikitpun pandangan pada gadis itu. Seolah enggan menatap Nadine.

Nadine menghela napas, kemudian duduk di kursi. Mengambil piring, lalu tangannya terulur ingin mengambil roti tawar, tapi sebuah suara menghentikan pergerakannya.

"Siapa yang suruh kamu sarapan pagi ini? " tanya Saga dingin.

Mendengar itu, Nadine pun mengurungkan niatnya, lalu menarik uluran tangannya kembali.

"Mulai dari sekarang, kamu hanya boleh makan sekali dalam sehari. Itu adalah hukuman buat kamu, " ucap Saga.

Nadine pun hanya dapat mengangguk, walau sedikit keterkejutannya karena ucapan Saga.

Akhirnya gadis itu tetap diam, mengamati tiap anggota keluarganya itu yang sedang sarapan. Rasanya ia juga mau. Dari semalam ia belum mengisi perutnya, jadi wajar saja kalo pagi ini ia lapar. Beberapa kali ia meneguk saliva saat melihat Nasha yang mengambil roti tawar, dan mengoleskan selai lalu mengunyahnya.

"Apa lagi yang kamu tunggu? Cepat pergi sekolah sana! " ketus Talia dengan nada mengusir.

Nadine melipat bibirnya sesaat, jantung nya sedikit berdegup mengatakan hal ini. "Aku tunggu kak Nasha, Ma. Biar berangkat sekolahnya bareng, "

Nasha mendecih, "Siapa juga yang mau berangkat sekolah bareng lo? Pergi sendiri sana! Enak aja lo mau naik mobil bareng gue, mimpi!

Nadine menunduk, perkataan Nasha begitu menyakiti hatinya.

"Dengar 'kan? Nasha nggak mau berangkat sama kamu. Jadi sekarang, cepat kamu pergi! " perintah Talia.

Nadine akhirnya mengangguk seraya berdiri. Berjalan mendekati Saga dan Talia. Tangannya terulur ingin menggapai tangan Saga untuk sekedar mengecup.

"Jangan sentuh tangan saya. Cepat kamu pergi, " ujar Saga.

Nadine akhirnya beralih pada tangan Talia, tetapi dengan cepat wanita itu langsung menyingkirkan tangannya dari Nadine, seakan tidak ingin di sentuh. Seolah Nadine adalah virus.

Nadine menghela napas untuk kesekian kali, lalu tersenyum. "Yasudah, kalau begitu Nadine pamit berangkat ke sekolah, ya, Ma, Pa, "

Setelah pamit, Nadine membenahi ranselnya, kemudian berjalan meninggalkan dapur menuju lantai bawah.

***

Kini Nadine sudah sampai di depan gerbang SMA Pelita Bangsa. Tempatnya menuntut ilmu.

Suasana pagi ini masih amat sepi. Bisa di bilang, Nadine datang sangat cepat. Selain tidak ingin terlambat, ia juga sengaja datang pagi-pagi agar ia tidak menjadi pusat perhatian oleh para murid-murid yang berseliweran di sekolah. Ia takut kalau sampai dirinya di jadikan bahan gosipan para murid hanya karena melihat wajahnya yang terdapat luka lebam hari ini.

NOT A FOREIGN GIRL [END+COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang