💌 22: Nasgor untuk crush

1.5K 54 14
                                    

🍁Happy readinggg 🍁
.
.

Sudah seminggu Nadine izin dari sekolah karena alasan sakit, meski sebenarnya dia hanya beristirahat di rumah, mengingat organ ginjal dalam tubuhnya kini hanya tersisa satu. Karena satunya lagi sudah berada dalam tubuh kakaknya, Nasha. Kenyataan pahitnya adalah... yang Nasha tahu satu ginjal ditubuhnya sekarang adalah ginjal seseorang yang dibayar mahal oleh Saga dan Talia, bukan ginjal milik Nadine.

Nadine memutuskan untuk kembali bersekolah, meski kondisinya belum pulih. Pasca setelah operasi transplantasi ginjal, sang pendonor harus membutuhkan waktu setidaknya 4-5 minggu untuk pulih dan bisa menjalani aktivitas normal seperti biasa.

Namun hal ini tentu tak berlaku bagi Nadine, 24 jam setiap hari berada di rumah hanya membuat kepalanya stress dan kadang merasa sakit. Siksaan, ketidakpedulian dan cacian dari Saga dan Talia kembali dirasakannya. Panggilan sayang dari Talia dan permohonannya, itu semua hanya berlaku saat di rumah sakit, selepas itu tidak ada lagi.

Pagi ini Nadine sudah berada di lingkungan sekolah, ia melangkah masuk ke kelasnya. Dapat ia lihat Fera yang sedang senyam-senyum sendiri ditempat duduknya.

"Cie!! Kok senyum-senyum gitu? " seru Nadine sembari menaruh ranselnya diatas meja.

Fera tidak menjawab, justru ia memilih mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuket bunga melati yang dibeli olehnya. Khusus untuk seseorang.

"Bunga? " cengo Nadine. "Itu bunga buat siapa, Fer? "

"Untuk someone, " jawab Fera.

"Someone? Jangan bilang.... " Nadine tidak ingin dugaannya menjadi benar, kalo benar bisa gawat.

"Kak Vares. Aku mau nembak dia, tapi bukan sekarang, besok, maybe. " Jawab Fera sambil tersenyum simpul.

Mustahil rasanya bila Nadine tidak terkejut. "Em, Fer, aku tau kamu suka sama kak Vares. Tapi menurut aku sebaiknya jangan, bukannya aku omong gimana, yaa... kalo seandainya pas kamu nembak dan kamu ditolak, kamu bayangin aja, deh, Fer. Kak Vares pasti bakal lebih bully kamu, bukan cuma Vares, anak-anak di sini juga. "

Fera sedikit menghela napas, kekecewaan tersirat dari sorot matanya. "Iya juga, sih. Tapi mau sampai kapan, Nad? Aku suka sama kak Vares secara diam-diam? "

Nadine hening, bingung ingin menjawab.

"Menurut kamu aku aneh, ya? Karena bisa jatuh cinta sama pembully aku? " Fera sedikit terkekeh miris sebelum akhirnya melanjutkan kata-katanya. "Dari dulu, Nad. Waktu pas pertama kali aku injak kaki di sekolah ini, aku udah suka sama kak Vares. Bisa dibilang, dia first love aku. "

First love? Pantas saja Fera teramat menyukai Vares. Cinta pada pandangan pertama rupanya.

Nadine terlihat menghela napas, kalau sudah begini, ia jadi bingung mesti berbuat apa. Tiba-tiba netranya melirik tajam pada pergelangan tangan Fera, ada sebuah luka goresan di sana, cukup dalam, nyaris merambat ke nadi.

Telunjuk Nadine terangkat pelan menunjuk luka itu, "Itu tangan kamu kenapa, Fer? "

Fera mengikuti arah lirikan Nadine, gadis itu lantas tersenyum. "Ini cuma luka gores biasa, kok, Nad. Kemarin tangan aku gak sengaja gesekan agak keras sama ujung tembok yang lancip dan tajam, jadi luka, deh. "

Tidak! Nadine tidak bisa menganggap ini luka biasa, apalagi kalau tidak disengaja ke gores ujung tembok pasti lukanya tak mungkin separah ini. Pasti ini luka yang dibuat dengan sengaja, Nadine bisa tahu hal itu saat melihatnya. Apa jangan-jangan, Fera yang melukai dirinya sendiri? Atau ada orang yang ingin melukainya? Berbagai monolog pertanyaan mulai timbul dibenak Nadine. Kian hari bersahabat dengan Fera, dia bisa melihat lagak gadis itu yang seolah-olah menyembunyikan sesuatu dari Nadine.

NOT A FOREIGN GIRL [END+COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang