36| Tabib dan Bunga Tetes Salju

430 66 0
                                    

Pada akhirnya lima hari setelah kesepatakan itu, Nirmala tahu, seorang tabib dari Timur berkunjung ke rumah obat. Setelah menerima berita itu, dan memastikan bahwa Gajah Mada telah pergi keluar—mungkin menjadi mata-mata dan mencari celah untuk menjatuhkan Padjajaran—Nirmala membawa pengawal dan dayangnya untuk melihat apakah tabib itu memiliki tanaman yang ia inginkan.

"Putri Dyah Pitaloka datang berkunjung," seorang asiten tabib mengumumkan kedatangan Nirmala dan rombongannya. Kali ini sengaja ia memamerkan identitasnya agar orang-orang ini tahu bahwa dia adalah seorang putri. Dan tak seorang pun berhak menentang keinginannya.

Tabib yang terlihat bijak dan pintar itu memiliki rambut putrih dan penampilan yang menyenangka diusia senjanya. Dengan sopan ia memberi salam dan mempersilahkan Nirmala untuk duduk serta menjamunya dengan teh herbal.

"Apa kiranya yang membawa Tuan Putri datang jauh-jauh menemui tabib sederhana ini?" Tanyanya dengan lembut, tapi Nirmala tidak akan dengan bodoh percaya bahwa perbawaannya benar-benar lembut seperti ini. Drama sejarah yang ditontonnya selama pandemic telah memberi tahunya. Bahwa seseorang yang terlihat tidak berbahaya justru adalah orang yang paling harus diwaspadai. Barangkali musur yang sedang menyamar dan bersiap untuk menjatuhkanmu.

Nirmala tersenyum sopan khas bangsawan yang bermartabat dan sedikit munafik. "Saya mendengar, bahwa tabib memiliki keterampilan medis yang hebat dan baru saja kembali dari selatan."

Tabib itu tersenyum dengan sopan. "Putri mendengar terlalu banyak, nyatanya tabib hanya menjadi penggembara yang berusaha membantu banyak orang." Nirmala mengerjapkan matanya dengan pelan ada sinar jenaka dalam binar matanya. Dia terkekeh pelan sebelum berkata. "Tentu saja tabib adalah orang yang hebat dan mulia bahkan memiliki hati yang hangat. Berkelana kerbagai negeri untuk membantu para rakyat jelata yang menderita. Raja pasti akan sangat senang mendengarnya, saya bisa menyampaikan beberapa kata padanya."

Tabib itu tertawa dengan bahagia, namun Niramala tahu tawa bahagia itu tak lain hanya sebuah penyamaran. "Putri, mungkin anda salah paham. Hamba hanya melakukan perbuatan yang harus kita lakukan sebagai manusia, bagaian mana dari itu yang pantas untuk mendapat pujian?"

Nirmala sedikit mengepalkan jari-jarinya di dalam jubah yang dipakainya. "Lebih menyebalkan berurusan dengan pria tua ini."

"Hah, menyebalkan. Aku sudah tidak tahan lagi," gumamnya dengan kesal. Cerita ini harus segera berakhir.

"Kamu terlalu meremehkan aku, Putri Dyah Pitaloka. Mungkin kamu sudah tahu bahwa maksud kedatanganku bukan hanya untuk berbasa-basi yang sejujurnya aku takt ahu apa gunanya. Hanya saja sebagai putri raja, aku harus memberikan sesuatu untuk di contoh." Nirmala memberi jeda, melihat bahwa pria itu masih tersenyum dia kemudian melanjutkan.

"Aku ingin bunga tetes salju yang kamu dapatkan dari selatan. Aku ingin semuanya," ujar Nirmala dengan dingin, dan sedikit senyum psikopat diakhir kalimatnya. "Hey, Operator bukankah aku sangat keren? Ayo puji aku."

[...]

"Yak, cepat puji perempuan cantik ini."

[Bagian mana yang berhak diberi pujian? Mendapat infornasi dariku.]

Nirmala berdecih dalam harinya. "Dasar bajingan."



***

[07 Maret 2023]

Capek revisian intrumen penelitian TT bisa gak sih aku langsung lulus aja :)

Jangan lupa tinggalkan jejak gaes hehehe

Sampai jumpa malam minggu

Jangan lupa jaga kesehatan dan kewarasan

Bye bye

Biru

Nirmala: Fall In Love SystemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang