Biasanya kehamilan identik dengan kebahagiaan. Tapi, itu berlaku bagi mereka yang memiliki pasangan. Alih-alih merasa senang atas kabar baik ini, Aluna memilih tercenung mencermati kabar yang baru saja di berikan oleh Dokter.
"Mbak Luna hamil... Mbak Luna hamil..." suara itu memenuhi seluruh penjuru ruangan. Seharusnya kabar ini menjadi kabar gembira untuk semua orang. Semua pembantu mulai berbisik-bisik tentang bagaimana nasib gadis mungil itu dan juga anaknya.
Tentu, semua orang mempertanyakan ayahnya bukan?
Aluna Nada, baru saja sadar dari pingsannya itu kini keluar dari kamar tamu yang ada di rumah itu.
Namanya tak seindah takdirnya. Goresan perih tiap perjalanan hidupnya membuat binar di mata gadis itu meredup.
Seharusnya kabar ini menjadi kebahagiaan untuknya! Benar... siapa yang tidak ingin memiliki bayi?
Tapi jelas, bayinya hadir di saat yang salah.
Kaki Luna terasa kebas ketika berjalan keluar dari kamar tamu tempat dimana ia di baringkan tadi.
Dia hanya seorang pembantu. Nasib baiknya dia di terima di sini karena keuletannya. Masuk ke perumahan elit Hadjiwijaya bukanlah hal yang mudah. Mereka hanya menginginkan gadis muda yang energik. Beberapa pembantu senior di rumah itu di pekerjakan telah puluhan tahun. Sementara pembantu baru datang dari yayasan, kecuali Aluna.
Gadis itu spesial. Dia datang dari panti asuhan tempat dimana Citra---Nyonya besar Hadjiwijaya sebagai donatur tetap di Panti Asuhan tempat dimana Aluna tinggal.
Hidupmu akan merasa nyaman dan terjamin bila bekerja di rumah ini. Pengusaha Properti ternama di kota tentu tidak akan membiarkan pegawainya kelaparan.
Dan disinilah Luna tinggal sebagai pembantu dari Citra Hadjiwijaya, Nyonya Besar.
Beberapa yang merasa iri pada Luna hanya menatapnya mencemooh pada gadis itu. Benar, Aluna mendapatkan perlakuan spesial dari Majikannya, tapi tidak dengan beberapa temannya.
Ketika keluar dari kamar itu, tatapan Luna bertemu dengan Revan, si anak Sulung keluarga Hadjiwijaya.
Begitu mendengar kabar bahwa gadis kesayangan maminya hamil, hanya tatapan jijik lah yang di lemparkan oleh pria itu.
Rupanya, Revan sudah mendengar kabar kehamilannya. Secepat itukah kabarnya menyebar? Padahal baru sekitar 5 menit yang lalu dokter keluarga Hadjiwijaya keluar dari rumah ini.
Revan berlalu pergi dengan tatapan mencemooh serta menghina. Seakan gadis mungil itu lebih menjijikkan daripada sebuah kotoran. Tidak ada yang menyebalkan selain Revan Hadjiwijaya---si pria arogan.
Kepergian Revan menyisakan sesak di dada Aluna, pria itu tidak pernah menyukainya sejak awal. Ketika ia datang bersama Nyonya Besar, Revan adalah pria yang tidak menyukai kehadirannya. Katanya, ia adalah penjilat ulung berkedok gadis polos. Meminta di kasihani atas statusnya.
Ya, statusnya yang menjadi yatim piatu.
Entahlah... Aluna tak tahu kenapa Revan bisa berpikir seperti itu. Padahal, Aluna tidak memiliki niat apapun selain bekerja dan mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk masa depannya yang lebih layak.
Revan telah berlalu menaiki undakan tangga menuju lantai dua. Tak berselang lama, Reyhan... anak kedua dari keluarga Hadjiwijaya muncul di depannya lewat pintu utama. Senyum pria itu membuat hatinya sedikit membaik.
Senyum hangat Reyhan sedikit mencairkan hatinya yang sempat beku atas tatapan dingin dari kakak pria itu. Reyhan merentangkan kedua tangannya untuk membawa gadis mungil kesayangannya itu pada pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby
RomanceAluna di landa kebimbangan saat kecelakaan itu merenggut ingatan suaminya. Kenangan saat bersamanya seakan terhapus dalam ingatan sang suami. Hingga Aluna memutuskan kembali bekerja sebagai Pembantu di kediaman Citra Hadjiwijaya. Sikap Revan yang t...