Chapter 8 💕

7.8K 613 26
                                    

"Lun, sekarang ke kamar Aska. Jangan lupa bawa perlengkapan P3K ..."

"Kenapa, Bu? Apa yang terjadi?"

"Tuan Revan bertemu Aska di Mall saat dia berkencan dengan pacarnya, terus—"

"Aku tahu," jawab Aluna cepat, gegas gadis itu mengambil kotak p3k untuk segera menemui Aska di kamar pria itu.

Di dalam kamarnya, Aska sedang memeriksa luka di bibirnya yang sobek. Tentu melihat itu, Aluna meringis ngeri. Pukulannya pasti menyakitkan melihat luka di bibir Aska.

"Mas Aska," panggil Aluna yang masih berdiri di depan pintu dengan wajah khawatir dan juga prihatin.

Pria itu langsung mengalihkan pandangannya pada Aluna.

"Masuk saja, Mbak Luna..."

Aluna langsung menghampiri Aska untuk duduk di tepi ranjang.

"Maaf ya, Mas? Pasti salah paham lagi kan?"

"Kalau saja dia bukan bossku, Mbak. Sudah kuhajar balik dia..." kata Aska, kemudian tersenyum sambil meringis kesakitan. "Kalau setelah ini aku di pecat, ya enggak apa-apa asal tanganku nggak sampai balas pukul... nanti urusannya malah berabe," jelas Aska.

Aluna mendesah prihatin. "Maaf ya, Mas. Pasti gara-gara aku lagi.... kemarin kamu bahkan di kira suamiku. Mungkin karena itu juga Tuan Revan pukul Mas Aska!"

"Benar, Mbak Luna... tapi enggak masalah." Aska tersenyum sambil melirik kotak p3k yang di bawa oleh gadis itu. "Itu pasti buat saya kan? Biar saya urus sendiri lukanya..."

"Boleh aku bantu, Mas?"

"Enggak usah, Mbak. Biar saya sendiri saja... Mbak Luna bisa keluar?"

Aluna berdiri setelah menyerahkan kotak p3k yang di bawa gadis itu.

"Apa enggak apa-apa, Mas? Saya tinggal?"

"Enggak apa-apa, Mbak Luna..."

"Lun," panggilan itu datang dari arah pintu. Nafas Bu rahma nampak tersenggal mungkin karena wanita itu berlari dari rumah utama.

"Ada apa, Bu?"

"Mbak Luna di suruh ke kamar Tuan Revan, katanya beliau ada perlu sama Mbak Luna..."

Aluna gegas keluar dari kamar Aska dengan langkah terburu kemudian menyadari sesuatu, gadis itu menoleh menatap Bu Rahma yang mengekor di belakangnya.

"Bu, apa dia akan memarahiku?"

Bu rahma menatapnya prihatin.

"Enggak tahu, Mbak Luna... sebaiknya datang saja dulu, sebelum dia mengamuk lagi."

Aluna nampak menghela nafasnya berat.

"Sudah, Mbak Luna. Datang saja dulu.. nanti saya berdiri di depan pintu takut kalau terjadi sesuatu."

Aluna mengangguk yakin.

***

Gadis itu nampak menarik nafasnya sebelum tangannya mengetuk pintu di hadapannya. Tuan Revan memanggilnya? Padahal jelas, bukan tugasnya membersihkan atau membereskan kamar pria itu. Hal mendesak apa yang membuat Tuan Revan memiliki kepentingan dengannya?

Apa perihal Aska atau hal lainnya? Berulang kali Aluna mengatur perasaannya dan detak jantungnya yang berdebar sangat kencang. Jelas saja bahwa ia takut menghadapi kemarahan Revan seperti beberapa minggu yang lalu.

Pintu terbuka menampakkan sosok yang sejak tadi berputar dalam benaknya.

"Masuk," kata Revan.

Begitu Aluna memasuki kamar pria itu, Revan membiarkan pintunya terbuka sangat lebar.

Our Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang