Revan sedang duduk sendirian di balkon sambil menikmati secangkir kopi, tiba-tiba adik bungsunya datang untuk ikut bergabung disana.
"Jangan terlalu membenci Aluna, Mas. Mama bilang, Mas Revan menyuruh mama untuk memecat Aluna? Sebenarnya insiden apa yang terjadi di kamar selain Aluna yang tertidur di kamar Mas?"
Revan melemparkan tatapan sengit pada Rendi yang baru saja duduk. Rasanya, mendengar nama Aluna membuat dada Revan panas. Entahlah... kebencian seakan menguasai hatinya. Alasannya?
Karena Aluna kerap membayangi wajahnya di setiap mimpi Revan. Padahal jelas... ia tidak menyukai wanita itu.
"Tidak ada," jawab Revan. Memang tidak ada yang terjadi. Kecuali, bahwa Revan terbayang akan mimpinya. Bahkan, saat Aluna tertidur di ranjangnya sekalipun—Revan bisa merasakan gairahnya tersulut hanya melihat wajah terlelap Aluna.
"Apa kamu pernah memimpikannya?" Tanya Revan tiba-tiba.Sontak saja pertanyaan itu membuat Rendi mengernyitkan alisnya bingung. "SIAPA?" Rendi balik bertanya.
"Pembantu itu... Aluna."
Sejenak, Rendi menatap dalam mata kakaknya. Sebelum mengangguk. "Pernah..." jawab pria itu.
Tentu, jawaban Rendi membuat Revan tertarik mengulik lebih dalam. Apakah Rendi memimpikan hal yang sama?
"Apa?" Tanya Revan penasaran.
Rendi menggedikkan bahunya sambil mengingat-ingat sesuatu. "Entahlah.. aku sudah lupa... tapi setiap kali dia masuk dalam mimpiku, aku membayangkan bisa bercinta dengannya!"
"Dan kau memimpikannya?"
"Pernah..." jawab Rendi sekali lagi.
"Berapa kali?"
Rendi mengernyitkan alisnya. "Sesekali. Kenapa Mas? Apa Mas juga bermimpi bercinta dengan Aluna? Iya kan?" Tebak Rendi yang langsung membuat Revan salah tingkah.
"Enggak..."
Melihat wajah Revan yang memerah, Rendi yakin bahwa ada hal yang menganggu kakaknya. Pria itu menyeringai dengan tatapan menggoda, "Iya kan? Hayo ngaku.. bagaimana rasanya? Apa di dalam mimpi dia sangat panas?!"
Revan memilih diam sambil menelan ludah.
Panas?
Aluna sangat menggairahkan... meski begitu, ia ragu jika di dunia nyata kalau Aluna begitu panas di atas ranjang! Perempuan itu terlihat sangat lugu dan polos, jadi bisa Revan asumsikan bahwa Aluna masih pemula soal urusan ranjang.
"Kenapa mama tidak memecatnya?" Tanya Revan mengalihkan pembicaraan. Sedangkan Rendi cukup kecewa karena Revan sama sekali tidak terpengaruh.
"Karena dia kompeten... karena pekerjaannya bagus, itu artinya.. di ranjang pun dia pasti panas!" Goda Rendi sambil mengerlingkan matanya.
Revan mendengkus keras atas godaan adiknya.
***
Semua pelayan membicarakan Aluna yang telah lancang tertidur di ranjang bosnya. Kecuali Bu Rahma. Kabar itu menyebar sangat luas dan menjadi topik hangat di antara para pelayan.
"Dia pasti gatal sekali ya sampai tertidur di kamar Tuan Revan?"
"Pasti sengaja, iya kan?"
"Apa nggak belajar dari pengalaman?"
Aluna risih tapi tak bisa membungkam mulut yang bergunjing tentang dirinya di belakang.
"Sudah, enggak usah di dengarkan. Semua orang memiliki kesalahan..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby
RomanceAluna di landa kebimbangan saat kecelakaan itu merenggut ingatan suaminya. Kenangan saat bersamanya seakan terhapus dalam ingatan sang suami. Hingga Aluna memutuskan kembali bekerja sebagai Pembantu di kediaman Citra Hadjiwijaya. Sikap Revan yang t...