"Aluna belum pulang?" Tanya Rendi saat mereka ber-empat sarapan bersama.
Mendengar pertanyaan dari putranya itu, Citra mendongak. "Belum, dia bilang izin sampai empat hari..," jawab Citra. "Kenapa, Ren?"
Pria itu menggeleng tegas, seringaian kecil tercetak di bibirnya. "Enggak, Rendi tanya aja, Ma... siapa tahu ada yang ingin bertanya tapi memilih diam," jawab Rendi sambil melirik Revan yang langsung menatapnya sengit.
"Maksudmu aku kan?"
"Mas Reyhan, kok. Bukan Mas Revan. Ge'er banget, sih..." Rendi dan Reyhan saling melempar senyum yang menurut Revan terlihat mengejeknya.
Citra menghela nafasnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Apakah mereka akan memulai perdebatan di pagi hari?
"Sudah.. sudah.. cepat makannya, jangan malah mancing emosi Mas kalian!"
"Memangnya kemana Aluna pergi?" Kali ini Revan tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya. Sejak melihat Aluna bersama pria di lobby apartement waktu itu, Revan menahan diri untuk tidak bertanya pada siapapun orang yang ada di rumahnya. Dia tidak ingin terlihat begitu peduli atau ingin tahu urusan Aluna di luar sana.
"Pulang ke rumah katanya sih," jawab Citra.
"Dimana?"
"Mama kurang tahu, Revan. Kenapa? Besok juga Aluna pulang... sebelum menikah Aluna akan pulang ke panti. Setelah menikah, dia mungkin pulang ke rumahnya untuk mengenang beberapa hal tentang suaminya."
Rendi dan Reyhan saling bertukar pandangan sejenak sebelum kembali melanjutkan melahap makanannya.
Benar kan dugaan Rendi? Bahwa Revan sebenarnya menyimpan banyak tanya tentang Aluna, namun tidak berani untuk mengutarakannya. Bukankah Rendi membuka jalan bagi kakaknya?
Sedangkan Revan nampak berpikir sejenak mengingat bahwa ia pernah melihat Aluna keluar dari lobby apartement.
Apa mungkin rumah Aluna adalah apartement yang pernah ia datangi? Pikir Revan.
Tapi siapa pria yang nampak akrab itu?
"Mama sudah selesai," kata Citra. "Mama pergi duluan ya, sayang. Ingat, jangan memulai perdebatan. Oke?"
Rendi dan Reyhan mengangguk seperti anak kecil yang di peringati oleh mamanya sewaktu mereka anak-anak.
Begitu mamanya meninggalkan ruangan makan, mendadak suasana semakin canggung. Baik Rendi maupun Reyhan memilih menghabiskan makanannya kecuali Revan yang justru berdiri untuk meninggalkan meja makan.
"Dia pasti merindukan Aluna," ucap Rendi berkomentar. "Mulutnya terlalu pedas. Ingat kata-kata, mulutmu harimaumu kan, Mas Rey? Nah, itu dia... Mas Revan sedang merasakan perihnya cakar sendiri." Rendi berdecak.
"Seharusnya, waktu cuti Aluna di perpanjang saja," celetuk Rendi lagi. "Nanti aku akan menelepon Aluna." Ide itu baru saja muncul di otaknya, membuat Reyhan menggelengkan kepalanya.
***
"Beruntung Reynaldi pergi... baru sebulan kamu meninggalkan rumah, rasanya sudah lama sekali. Makan yang banyak ya, sayang..." wanita berparas ayu itu menyendokkan nasi untuk Aluna.
"Terima kasih, Ma..."
"Refal sudah bilang semuanya. Bu Citra yang bilang kalau kamu hamil... apa enggak sebaiknya kalau kamu tinggal disini saja?"
"Kita makan dulu, Ma..." Refal menanggapi. "Aluna kesini untuk makan malam bersama mama. Bukan untuk membahas hal sensitif lainnya..."
"Tapi, Fal!"
"Kita sudah bahas semuanya, Ma. Selama Mas Reynaldi masih belum bersikap baik, Aluna akan tinggal di apartementku..."
Kemudian dering ponsel Aluna menghentikan perdebatan di meja makan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby
Storie d'amoreAluna di landa kebimbangan saat kecelakaan itu merenggut ingatan suaminya. Kenangan saat bersamanya seakan terhapus dalam ingatan sang suami. Hingga Aluna memutuskan kembali bekerja sebagai Pembantu di kediaman Citra Hadjiwijaya. Sikap Revan yang t...
