Chapter 15 💕

8.8K 547 65
                                    

Hallo... yang kemarin nanyain pdf OUR BABY sudah Ready ya dg harga 40k saja

Promo pdf 100k dapat 12 pdf bebas pilih judul... promo ini sampai tgl 29 februari yaa

Atau promo paket hemat 40k + 10k bisa dapat 2 pdf bebas pilih judul 😀

Minat? Bisa chat via wa ke 089633021705

Payment bisa melalui tf bank atau top up dana..  pdf d kirim setelah transaksi,bisa melalui wa/gmail

Happy reading

***

Reyhan memberikan segelas air putih untuk Aluna yang kini sedang duduk di sebuah kursi, meninggalkan keramaian pesta. 

Pria itu mengulas senyum hangat yang mampu menenangkan hati Aluna, meski pada kenyataannya perasaan Aluna tidak benar-benar tenang.

"Sudah merasa baik?" Tanya pria itu lembut sambil duduk di samping Aluna. Setelah menyaksikan adegan yang seharusnya tidak pernah di lihat oleh Aluna, Reyhan menarik wanita itu menjauh. Reyhan tidak akan membiarkan pikiran buruk memenuhi kepala Aluna hingga membahayakan janin dari perempuan itu.

Aluna mengangguk. "Sedikit, Mas..." katanya lirih.

Kemudian keadaan berubah hening untuk sesaat. Aluna memilih diam sambil memegangi gelasnya dengan hampa. Jemarinya masih gemetar, sedang helaan nafasnya terdengar putus asa.

"Sebaiknya untuk beberapa hari, tinggal lah di rumah ini, Lun... seperti yang di minta tante Mayang."

Aluna menggelengkan kepalanya. "Gimana dengan Mas Reynaldi? Ada dia di rumah ini..."

Reyhan nampak menghela nafasnya.

"Rumit," komentar pria itu. "Aku tinggal dulu, ya? Kamu bisa tenangkan perasaanmu disini..."

Aluna mengangguk. Kepergian Reyhan membuat gadis itu mendesah lega. Perasaan sedih lagi-lagi menyusup dalam benaknya.

Tak lama, sosok perempuan yang menganggu pikiran Aluna tiba-tiba melewatinya. Dengan sigap, Aluna berdiri.

"Non Rima.." panggil Aluna. Senyum perempuan itu sirna saat melihat sorot marah di mata Aluna.

Tanpa menghiraukan ekspresi Rima, kaki Luna berderap mendekat, tanpa banyak bicara perempuan itu melayangkan tamparan ke pipi Rima hingga terdengar suara desisan bibir wanita itu.

"Shit, apa yang kamu lakukan, Aluna?!" Tanya Rima geram.  Rima tidak bereaksi banyak kecuali memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan tersebut.

Luna masih menatap Rima dengan sengit. "Aku memintamu untuk bersamanya bukan untuk menjadi jalang, Rima!"

Rima menyeringai atas ucapan Aluna.

Jalang? Apa kalimat itu pantas di ucapkan oleh Luna padanya?

Seakan mengingat sesuatu, mata Rima terbelalak mengingat ciuman yang di lakukannya bersama Revan. Apa Aluna melihatnya?

Menyadari itu, Rima bukannya panik, wanita itu justru menyeringai senang.

"Dia masih menginginkanku, Aluna. Sadarlah..." kata Rima dengan ekspresi mengejek.

Hal itu justru memancing emosi Aluna. Jelas, bahwa Rima terlihat sengaja memprovokasinya.

"Kau yang harusnya sadar!" Teriak Aluna geram sambil mengambil langkah maju. 

Rima sama sekali tidak terpengaruh, bahkan  tidak ingin kalah. Wanita itu maju untuk menantang Aluna. "Apa kamu tidak lihat kalau dia masih mencintaiku?"

Our Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang