Chapter 10 💕

9.6K 567 16
                                    

Aluna mencoba mengabaikan ucapan Revan namun pria itu justru mencekal tangan Aluna.

Aluna yang tersentak atas tindakan pria itu, lalu menatap Revan yang kini sedang memusatkan pandangan terhadapnya.

"Siapa kamu sebenarnya?" Tanya Revan tajam.

Revan mencoba mengingat sesuatu yang terasa familiar, namun kepalanya justru terasa sakit. Pria itu meringis, alih-alih melepaskan cekalan tangannya pada pergelangan tangan Aluna, Revan justru semakin mencengkeramnya dengan erat.

"Siapa kamu? Kenapa saat mencoba mengingatmu, kepalaku sakit?"

Manik mata Aluna berubah cemas. "Saya... Saya Aluna," jawab Aluna lirih. Melihat Revan yang meringis sambil memegang pelipisnya, Aluna berubah panik. "Jangan memikirkan apapun, Tuan." Aluna mengingatkan.

Nafas Revan memburu, detik itu juga tatapan keduanya bertemu.

"Siapa kamu, Aluna? Siapa kamu mengaturku!" Hardik Revan sambil menyentak tangan Aluna. Wanita itu bergerak mundur dengan wajah cemas.

"Pergilah," perintah Revan saat melihat tatapan iba gadis itu.

Dengan ketakutan, Aluna berbalik pergi dengan setitik hatinya yang berdenyut nyeri.

***

Datanglah ke Apartemenku, aku ingin bicara.

Sebuah pesan masuk di ponsel Aluna. Sedangkan wanita itu sudah berdiri di depan pintu sebuah unit apartement yang di maksud oleh seseorang yang mengiriminya pesan.

Telunjuk Aluna terulur untuk menekan bel di depannya meski rasanya ia masih ragu. Tapi, toh... dia hanya menuruti permintaan kecil itu 'kan?

Pintu terbuka, menampakkan sosok lelaki yang ia kenali berada di depannya.

"Masuk," perintahnya.

Aluna menurut, perempuan itu lebih dulu masuk sementara lelaki itu menutup pintunya.

"Mama sudah tahu keadaanmu," kata pria itu saat Aluna telah duduk di sofa. "Bu Citra yang memberitahu," ungkapnya lagi.

Aluna nampak menghela nafasnya pelan sebagai respon.

"Terus?"

"Pulanglah... buat apa kembali kesana?"

Aluna hanya menatap pria di depannya itu.

"Mas Reynaldi, nggak akan bicara macam-macam lagi. Lupakan ucapannya. Dia memang begitu 'kan?"

"Tidak beda jauh dengan tuan Revan kan?"

"Lun... kita ini keluarga."

"Iya, Luna tahu kok, Mas. Tapi aku lebih kerasan tinggal sama Bu Citra dari pada sama kalian. Apalagi dengan Mas Reynaldi."

"Apa usahaku akan gagal kali ini. Apa kamu akan mengabaikan perasaan mama karena Mas Reynaldi?"

"Mas lebih tahu jawabannya," kata Aluna datar.

"Menginaplah disini. Mas sudah minta izin sama Bu Citra agar kamu mengambil cuti."

"Kenapa aku harus menginap?"

"Lun... kejadian itu..."

"Lupakan, Mas. Tidak usah di bahas..." karena itu menyakitkan bagi Aluna. Di lupakan oleh suaminya membuat Aluna menderita. Ia harus menjalani masa-masa kehamilan yang sulit. Seharusnya, ia sedang merasa bahagia saat ini karena menyambut calon anggota baru keluarga kecilnya. Tapi...

"Baik, tapi menginaplah. Mama nggak tahu kalau kamu ada disini bersamaku."

Jeda sejenak untuk keduanya saling menatap dalam diam.

Our Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang