Luna tahu ia telah lancang, bahkan cengkeraman erat Revan pada tangannya sudah menjadi peringatan keras bagi perempuan itu. Tatapan setajam elang itu membuatnya bergidik ngeri.
"Ma—af, Tuan..." kata itu terucap dengan terbata-bata karena begitu takutnya Aluna pada pria di depannya. Apalagi jelas sekali bahwa ia ketahuan tertidur di kamar majikannya.
Revan menyeringai. "Apa kamu semurahan itu, heh? Tidur di ranjang tuanmu?"
Aluna menggeleng kaku sambil berusaha menarik tangannya lepas.
"Tidak, Tuan. Saya minta maaf," ujar Aluna gugup. Dia memang tidak sengaja tertidur disana.
Meringis, Aluna terus saja menarik lengannya, melihat itu Revan melepas tangan pembantu tersebut, lantas mengibaskan tangannya dengan ekspresi jijik. "Suruh siapapun untuk mengganti sprei dan bedcovernya, saya nggak sudi tidur di bekas iler kamu!" Titah pria itu tegas.
Meski Aluna merasa terhina atas ucapan Revan, ia hanya mengangguk setuju meski hatinya jelas tergores.
Perasaan sedih menyusup masuk dalam benaknya.
Aluna hendak beranjak dari sana sebelum suara Revan lagi-lagi menghentikan langkah gadis itu.
"Siapa suamimu?" Pertanyaan itu sontak membuat tubuh Aluna bergeming. Gadis itu menoleh sambil menatap takut-takut pada pria itu.
Revan menatap Aluna dari bawah sampai ke atas. Kaki telanjang Aluna dan daster lusuh yang di kenakan gadis itu membuatnya bergidik ngeri campur kesal. Ia tak bisa membayangkan tubuh itulah yang beberapa hari terakhir ada di dalam mimpinya?!
Tapi... di dalam mimpi itu, Aluna tampil sangat cantik dan harum?
Mata Revan beralih menatap wajah putih bersih bercampur keringat milik Aluna, kemudian matanya turun menatap bibir ranum gadis itu, seketika Revan membayangkan jika bibir itulah yang mengeluarkan desahan nikmat ketika gadis itu berada di atasnya. Revan tentu mengingat setiap mimpi-mimpinya, bahkan detailnya seakan terasa nyata!
Revan menelan ludahnya saat mata itu terus saja tertuju pada bibir ranum di depannya.
Sial, kenapa mimpi itu membayanginya lagi? Bahkan detik ini, ia membayangkan tepat di depan gadis itu dan di kamarnya?!
Pria itu berdeham keras, mencoba menenangkan degub jantungnya yang tiba-tiba berpacu cepat karena bayangan Aluna dan dirinya bercinta terlintas di otaknya. Jelas... itu mustahil, meski hanya mimpi.
Revan berdecak kesal karena Aluna masih memilih diam. "Siapa dia? AKSA?" Revan terdengar memaksakan jawabannya bukan?
Aluna nampak menelan ludahnya kelu. Haruskah ia menjawab pertanyaan tidak penting itu?
"Jawab!" Perintah Revan tegas yang jelas mengagetkan Aluna.
Gadis itu mengerjapkan matanya berulang-ulang dengan jantung yang berdetak cepat.
"I—ya," jawab Luna lirih.
"Apa dia tahu kalau istrinya tidur di ranjang tuannya dan berniat menggoda?" Ejek Revan yang langsung membuat Aluna menggeleng-gelengkan kepalanya, jelas ucapan Revan tidak benar.
Melihat reaksi Aluna, pria itu menyeringai.
"Pergilah..." usirnya, berlama-lama bersama perempuan itu membuat otaknya error. Kenapa bayangan itu kerap terlintas dalam benak Revan?
Apa karena ia membenci Aluna sampai-sampai gadis itu datang ke mimpinya untuk bercinta dengannya?
***
Mata Revan memindai seluruh ruangan yang ada di dapur. Semua pembantunya ada disana untuk menyiapkan makan malam mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby
RomanceAluna di landa kebimbangan saat kecelakaan itu merenggut ingatan suaminya. Kenangan saat bersamanya seakan terhapus dalam ingatan sang suami. Hingga Aluna memutuskan kembali bekerja sebagai Pembantu di kediaman Citra Hadjiwijaya. Sikap Revan yang t...
