Chapter 5 🍉

9.7K 618 15
                                    

Revan menatap tajam Aluna seakan siap menguliti gadis itu. Tatapan yang seakan siap membunuh Aluna. Sedangkan gadis itu jelas menunjukan sikap yang sebaliknya, Aluna tidak bisa membendung air mata yang berada di pelupuknya, ketakutan itu membuatnya menangis.

Bahkan arti gelengan kepala Aluna tidak membuat Revan percaya. Bu Rahma yang melihat itu berusaha melepas tangan Revan namun di tepis oleh pria itu.

"Jangan ikut campur Bu Rahma, saya harus mengusir pencuri ini!" Kata Revan tegas.

Bu Rahma menatap cemas keduanya. Tatapan bengis Revan dan ketakutan Aluna pun membuatnya memelas di depan Revan.  "Tuan.. sudah. Ayo bicarakan baik-baik," pinta Bu Rahma mengiba, apalagi melihat Aluna yang sangat menggigil ketakutan.

Revanbergeming, keras kepalanya membuat  pria itu mengabaikan ocehan pelayannya. Pria itu masih belum puas hingga menarik Aluna lewat kerah baju wanita itu hingga Aluna mengikutinya dengan langkah terseok-seok.

"Dimana kamarnya?" tanya Revan pada siapapun yang bertemu dengannya.

Naas sekali, wajah Aluna sangat menyedihkan...  tubuhnya di paksa mengikuti pria itu dengan cara di seret dan di tarik oleh Revan. Leni menunjukkan kamar Aluna yang memang terpisah sendirian.

Revan menendang pintunya dengan satu kaki hingga membuat suara gebrakan pada pintu di depannya.  Ia mengedarkan pandangannya ke penjuru arah di kamar Aluna setelah sebelumnya mendorong gadis itu sambil melepas cekalannya dari baju lusuh Aluna hingga membuat Aluna hampir terjatuh andai saja tak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya.

Revan mulai mengobrak abrik kamar Aluna untuk mencari parfum yang ia maksud. Ia bahkan sampai mengeluarkan seluruh isi lemari hingga berserakan di lantai.

Saat matanya melihat parfum tersebut, pria itu menyeringai.

"Ini parfumku," kata Revan. Kemudian berbalik menatap Aluna yang masih berdiri di samping Bu Rahma.  "Kamu benar-benar mencurinya, heh?" Tuduhnya lagi setelah berhasil menemukan parfum yang di maksud oleh Revan.

Aluna menggeleng gelengkan kepalanya.. tapi sekali lagi, Revan tidak percaya.

"Enggak, Pak.. itu parfum saya!"

Revan mendecih keras, tidak memercayai ucapan gadis itu. "Dasar pencuri... kalau maling ngaku, penjara penuh kan?" Ejek Revan. "Jelas-jelas kau mencurinya! Gajimu nggak akan cukup membeli parfum mahal ini. Kau tahu?"

Aluna tidak tahu bagaimana cara ia menjelaskan pada pria itu. Kebencian seakan menguasai mata hati Revan. Bahkan saat pria itu bergerak keluar, Revan kembali menarik paksa tangan Aluna agar kembali mengikutinya.

Citra yang mendapat laporan soal kegaduhan yang terjadipun menghampiri Revan yang sedang menarik paksa Aluna dengan langkah lebar. Gadis itu nampak terseok-seok.

"Usir perempuan itu, Ma!" Kata Revan sambil menarik Aluna lantas melepaskan tubuh gadis itu seenaknya sampai Aluna terhempas, beruntung Citra menangkap tubuh Aluna agar gadis itu tak sampai terjatuh.

"Aluna, kamu tidak apa-apa?"

Aluna menggeleng lemah, meski sebenarnya ia tidak baik-baik saja. Bagaimana bisa ia merasa baik saat di perlakukan begitu buruk?

"Ada apa ini, Revan? Kenapa kamu kasar sekali?" Citra tidak mengerti kenapa raut wajah putranya sangat bengis saat ini, di tambah wajah Aluna yang sudah banjir oleh air mata. Sesuatu pasti terjadi!

Revan berdecak keras. "Pembantu itu mencuri parfumku," kata Revan sambil menunjukkan parfum yang di pegang pria itu.

Kali ini Citra melemparkan tatapannya pada Aluna untuk bertanya, "Benar, Lun?" Tanya Citra yang saat ini berada di sisi Aluna.

Our Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang