Setelah menenangkan Aluna, Mayang menyusul putra sulungnya ke kamar pria itu.
"Rey, pikirkan baik-baik tentang ide adikmu." Mayang mendekati putranya yang saat ini sedang menatap ke arah jendela dengan kedua tangannya yang di masukkan ke dalam saku celananya. Mendengar kalimat mamanya, Reynaldi menoleh.
"Mama selalu membelanya karena mama pernah kehilangan dia kan? Tapi mama bahkan nggak berpikir bagaimana perasaanku!" Ketegasan dalam suara Reynaldi membuat Mayang mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Ia terlihat mendesah keras.
Perdebatan kedua anaknya ini membuat Mayang harus memilih, ada di pihak siapakah dia sekarang. Tapi keduanya sama-sama penting baginya.
"Mama mengerti Reynaldi. Mama mengerti. Tapi mengingat bahwa kamu memiliki Rima dengan cara yang salah, mama jadi yakin bahwa Rima tidak setulus itu denganmu..."
"Tapi, Ma..." kali ini, Reynaldi benar-benar berbalik untuk menatap mamanya yang nampak gelisah.
"Bukan hanya kamu yang mempertaruhkan perasaanmu, Rey. Aluna juga... dia bahkan memiliki resiko tidak di ingat lagi oleh Revan. Rey... yang dia miliki hanya kita. Kamu ingat kan, tahun-tahun berat yang dia lewati tanpa kita tidak ada apa-apanya. Sekarang, seharusnya kita menjadi keluarga yang utuh untuk Aluna, adikmu."
Reynaldi ingin sekali mengabaikan ucapan ibunya. Banyak yang harus dia pertimbangkan juga. Antara cintanya atau keluarganya!
Aluna selalu menjadi pengecualian, sejak penculikan yang terjadi beberapa tahun yang lalu, Aluna selalu menjadi prioritas keluarganya. Tapi, apakah saat ini, dia juga harus kembali mengorbankan perasaannya demi Aluna?
"Ingat, Rey. Rima bisa dengan tega mengkhianati Revan, hal itu juga bisa ia lakukan padamu... mami menerima Rima karena kamu mencintainya. Tapi jika cintanya tidak setulus yang mama bayangkan, melepaskannya bukan hal yang salah..."
***
Pria itu mengenakan kembali kemejanya setelah sebelumnya memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai begitu percintaan panas itu selesai.
Reynaldi tidak banyak berkata-kata ketika mengenakan kembali pakaiannya. Bahkan Rima sendiri terlihat heran dengan sikap suaminya yang terlalu pendiam!
"Aku akan segera pulang..." beritahu Rey begitu selesai merapikan pakaiannya.
Rima sendiri sudah mengenakan bajunya dan sudah membersihkan diri. Sedikit heran kenapa Reynaldi begitu terburu-buru, padahal sebelumnya Rey paling suka jika Rima menyempatkan waktu untuk bertemu dengannya. Tapi kali ini berbeda.
"Ada apa, Rey? Kamu enggak seperti biasanya..."
"Kudengar kalian bertengkar di pestaku," kata Rey menanggapi pertanyaan Rima.
Karena Rey menyinggung soal pesta, ingatan Rima kembali pada saat itu. Jika Rey mengetahuinya, itu artinya Rey juga mengetahui perihal ciumannya kan?
"Aluna menamparku, Rey..." kata Rima mengalihkan pembicaraan.
"Karena kamu melakukan kesalahan."
"Kamu membela adikmu?"
Kali ini Reynaldi melemparkan tatapan tajamnya pada Rima.
"Kamu telah melewati batas. Aluna meminta tolong agar kamu membantunya, bukan berperan sungguhan. Tapi kamu sepertinya menikmati peranmu dengan sangat baik sampai terbawa perasaan..."
"Rey, aku bisa jelaskan..."
"Aku mengerti, perasaan yang di mulai dengan kesalahan akan banyak menciptakan keraguan. Pada akhirnya, aku meragukan perasaanmu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby
RomantizmAluna di landa kebimbangan saat kecelakaan itu merenggut ingatan suaminya. Kenangan saat bersamanya seakan terhapus dalam ingatan sang suami. Hingga Aluna memutuskan kembali bekerja sebagai Pembantu di kediaman Citra Hadjiwijaya. Sikap Revan yang t...