X - 011

318 15 0
                                    

Haii readers ! Selamat datang dan jangan lupa beri Vote dan Komentar nyaa yaaa ! Masih sepi nihh 🤧🤧❤️



















❤️❤️❤️

"Mmmhh ...."

Aku mendesah lemah dan mataku perlahan terbuka walau sedikit sayu. Aku kembali melihat ke sekitarku. Ternyata aku masih ada di rumah sakit. Kulihat ruangan rawat ini bukan seperti ruangan rawat yang kemarin ku tempati. Hah! Aku baru ingat!! Bayi-bayi ku! Di mana mereka!

Spontan aku bangun dari tidurku tapi aakkhh perutku teramat sakit! Aku memegangi perutku.

"Ya ampun! Hati-hati jangan sampai jahitan di perutmu robek lagi!"

Aku menoleh cepat ke arah seorang yang saat ini sudah bersamaku. Ternyata orang itu adalah Haechan. Hah? Haechan ada di sini?

"Haechan?"

"Iya, aku sudah ada di sini saat kau melahirkan tempo hari, dan kau kembali pingsan karena jahitan di perutmu robek gara-gara Jeno, bukan?"

Ya ampun Haechan tahu semuanya? Pasti dia sudah berbicara dengan Jeno perihal masalah kami berdua.

"Haechan ... bayi-bayi ku! Di mana mereka? Jeno pergi membawanya dariku." Aku mulai menangis, aku sangat ingin melihat bayiku, aku merindukannya.

Haechan tersenyum manis lalu dia membalas pertanyaan ku.

"Kau tenang saja ya? Jeno sudah kubereskan! Dan bayi-bayi kecilmu aman berada di mansion ku dan suamiku, bayimu juga di jaga oleh orang-orang kepercayaan ku."

Haechan menjelaskannya secara detail padaku. Syukurlah bayi-bayi ku baik-baik saja. Tanpa sadar air mataku menetes mendengar bayiku baik-baik saja.

"Haechan ... aku akan diceraikan oleh Jeno. Karena ... aku dituduh hamil dan melahirkan anaknya Guanlin dan bukan dari dirinya," kataku pada saat aku mulai agak tenang dan aku ingin mengeluarkan isi hatiku yang pedih.

"Memang brengsek sekali anak sialan itu! Aku sudah membereskannya, Renjun. Mark sudah membatalkan surat cerai yang dia gugat padamu. Kau dan dengannya tidak jadi cerai. Kau tenang saja ya?"

"Dan anak sialan itu mempunyai sifat pelupa akut, makanya dia lupa saat sebelum pergi perjalanan bisnis selama lima bulan, dia sudah melakukan hubungan intim denganmu."

Aku kembali menangis haru mendengar semua penjelasan dari Haechan. Oh sungguh betapa bahagianya aku mendapatkan kakak ipar yang amat baik seperti Haechan dan suaminya yang juga dari kakak tertua Jeno. Dan sekarang aku pun sudah mengerti jika Jeno memiliki sifat pelupa berat. Dan aku harus berusaha sabar menghadapinya yang pelupa seperti ini.

"Terima kasih untuk semuanya, Haechan! Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku jika aku benar akan diceraikan oleh Jeno." Aku memeluk Haechan spontan karena aku ingin sekali memeluk seseorang yang begitu pedulinya besar padaku, seperti Haechan ini misalnya.

Haechan membalas pelukanku dengan hangat dan dia mengusap-usap punggung ringkih ku ini.

"Terima kasih kembali. Aku melakukan ini karena aku rasa kau ini seorang pemuda yang baik dan sopan. Juga ... masih begitu polos dan lugu sepertinya. Aku suka sama yang polos seperti kau. Haha!"

Aku tersenyum mendengarnya sambil menyeka air mataku yang masih mengalir.
Dan setelahnya pelukan diantara kami pun selesai, Haechan kini membantu aku untuk berbaring lagi di kasurku. Dan dia mengatakan jika besok aku sudah boleh pulang. Oh Tuhan, akhirnya aku bisa pulang dan melihat bayi kecilku. Aku sudah tidak sabar ingin menimang nya.

You are Mine (Noren) 🔞 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang