Azam berbaring di kasurnya sambil melihat langit-langit kamar. Kalimat yang ia ucapkan mengenai ia menerima pertunangan itu terus berputar di kepalanya.
Azam merasakan sakit kepala. Ia mencoba untuk mengendalikan dirinya. Azam ingin berteriak, namun ia menahannya.
Azam mencoba mengambil obat penenang dan meminumnya. Namun saat hendak meminumnya, tangannya bergetar hebat dan berakhir ia memecahkan gelas.
Prang.
Terdengar suara pecahan kaca dari kamar yang sudah Dania kenali tempatnya."Yon, pasti itu suara dari kamarnya Azam," ucap Dania pada Valeron.
Dania menarik Valeron dan mengajaknya ke kamar Azam diikuti Intan dan Senja.
Saat mereka masuk Azam meringkuk di samping tempat tidur dengan badar yang bergetar. Dania segera menenangkan Azam dan Valeron membantu membersihkan pecahan gelas.
"Udah Lo tenang, gue disini sekarang," ucap Dania.
"Jangan menyentuh anak saya," ucap Intan lalu menuntun agar Azam duduk di tepi kasur.
"Azam Lo butuh sesuatu, nanti Lo cerita semuanya. Sekarang tenangkan diri Lo dulu," ucap Dania.
"Semuanya baik-baik aja," ucap Intan. Bagaimanapun ia seorang ibu yang tidak tega melihat anaknya hancur seperti ini.
Setelah melihat Azam sedikit tenang, ia keluar kamar membiarkan mereka berempat.
"Bang Azam kenapa bisa kayak gini?" tanya Senja.
"Dia pernah depresi dan mungkin sekarang ia merasakan hal yang membuat depresinya kambuh lagi," jawab Dania.
"Kok Lo bisa kesini?" tanya Azam pada Dania.
"Bisalah tinggal berangkat dari rumah terus kesini. Lagian Lo dihubungi nggak bisa, gimana nggak khawatir coba?" tanya Dania.
"Maaf, gue lupa."
"Lo genggam apaan?" tanya Dania membuka tangan Azam. "Ini obat apa?" tanyanya.
"Biar gue tenang, tenang aja ini aman kok," ucap Azam.
"Yaudah kamu minum, tapi jangan sering-sering ya," ucap Dania mendapat anggukan dari Azam.
*****
Keesokan paginya Azam sudah ada di rumah Dania siap untuk berangkat sekolah bersama. Azam sudah kembali ceria seolah-olah kejadian kemarin itu tidak pernah terjadi. Dania yang melihat itu hanya berharap ini bukan kebohongan yang kesekian kalinya dari Azam.
"Kok nggak bilang mau jemput?" tanya Dania.
"Kan biasanya juga gue nggak bilang," jawab Azam.
"Iya juga sih, kirain Lo belum masuk sekolah."
"Ngapain gue nggak masuk, nggak ada alasan yang bikin gue bolos. Gue kan calon dokter, yakali malas-malasan."
Setelah dari parkiran mereka berjalan ke area sekolah bersama. Flora sudah menunggu kedatangan mereka, bukan mereka, lebih tepatnya hanya Azam.
KAMU SEDANG MEMBACA
About You A&D
Teen FictionKisah ini menceritakan tentang dua orang yang bersahabat sejak kecil, mereka adalah Azam dan Dania. Pertemuan mereka tidak sengaja dan mungkin memang sudah ditakdirkan. Dikala Azam berada di titik terendahnya dia menemukan Dania sebagai pengobat lu...