00.49

5 1 0
                                    

"Anak mana yang bisanya bikin malu keluarga?" tanya Intan yang baru saja datang bersama Senja.

"Udah ma," ucap Senja menenangkan Intan.

Intan berjalan mendekati Azam. "Sekarang mau kamu apa? Mau hidup dengan nggak punya tujuan sama sekali? Apa yang kamu harapkan dari diri kamu dimasa depan?" tanyanya pada Azam.

"Lantas apa bedanya masa depan aku jika menikah dengan Flora atau tidak?" Azam kembali bertanya kepada mamanya.

Plak
"Berani menjawab kamu? Dimana sopan santun kamu?" tanya Intan sembari menampar pipi Azam.

"Terus aku harus gimana ma, pa? Harus nurutin semua kemauan kalian dan impian aku akan hanya menjadi sebuah impian?"

"Tau apa kamu soal impian? Asal kamu tau, kamu sudah menghancurkan impian Flora."

"Bukan aku ma! Flora sendiri yang memilih buat menghancurkan impian dia sendiri!"

Farhan hendak memukul Azam lagi namun dengan cepat dihentikan oleh istrinya. "Udah cukup, mau berapa banyak luka lagi yang kamu tinggalkan pada diri Azam? Nggak cuma fisik, kamu juga sudah menyakiti mentalnya," ucapnya.

"Jangan sok baik mbak, Azam berhak mendapat pelajaran dengan apa yang sudah dia perbuat," ucap Intan.

"Mama, papa mau nampar aku lagi, mau pukul aku? Silahkan, aku bahkan sudah nggak bisa ngerasain sakitnya," ujar Azam.

Mendengar Azam berucap seperti itu, Intan hendak menampar Azam lagi namun dengan cepat Senja mencegahnya.

"Cukup ma, aku cuma nggak mau mama menyesal nantinya. Apa pernah mama sebagai orang tua mendengar kebenaran dari Azam?" tanya Senja.

"Kamu jangan ikut campur, mama tau mana yang benar dan mana yang salah."

"Lalu kenapa mama nggak bisa melihat kebenaran disini? Oh iya, yang kalian tau kan aku yang salah, mungkin memang aku yang salah. Aku selalu salah di mata kalian semua dan kalian benar aku anak yang cuma bisa bikin malu keluarga, tapi bentar siapa keluarga aku? Orang tua yang aku miliki aja mungkin nggak menganggap aku anak, mereka hanya menganggap aku beban yang lahir tanpa keinginan kalian, hahahaha," ucap Azam tertawa.

"Merasa paling sakit? Merasa paling nggak dianggap, kami sudah membesarkan kamu sampai sekarang," ujar Farhan.

"Akh, mas tolong," ucap istri Farhan memanggil suaminya dengan rintih kesakitan.

"Kalian bantu istri saya, saya akan menyiapkan mobil terlebih dahulu, seperti dia mau melahirkan," ucap Farhan pada Intan dan Senja.

"Tahan mbak, tarik nafas," ucap Intan menenangkan.

Dilain tempat Azam hanya memandang keadaan yang sibuk itu dengan ekspresi tidak minat. Azam sudah lelah, dia tidak punya cukup tenaga untuk membantu ibu tirinya itu.

Tak lama Farhan kembali dan segera membopong tubuh istrinya. Melihat Azam hendak pergi, Farhan menginterupsi langkah Azam. "Karena kesalahan kamu, kamu tidak boleh pergi kemanapun sebagai hukuman apalagi untuk menemui Dania itu," ucap Farhan lalu berlalu pergi.

Azam tidak memperdulikan itu, dia pergi ke kamarnya. Dia butuh istirahat. Bukan cuma fisik namun hatinya juga merasakan sakit.

Untuk saat ini Azam hanya bisa menunggu, menunggu orangtuanya melihat kehadiran Azam di hidup mereka meskipun tidak kembali utuh menjadi satu keluarga Azam hanya ingin merasakan kasih sayang orang tuanya.

*****

Beberapa hari kemudian adalah acara perpisahan Azam dan juga teman-temannya seangkatan. Acara berjalan seperti acara perpisahan sekolah pada umumnya.

About You A&DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang