3

164 5 0
                                    


Kini semua tengah sibuk mempraktekkan sebuah gerakan senam di lapangan, namun berbeda dengan Letta yang saat ini tengah tertidur bahkan wajah nya sangat pucat.

"Shhhh kenapa sakit sekali" ringis Letta sambil meremas area bawah perut nya.

Di kelas hanya ada Letta sendirian semua teman nya sedang asik di lapangan, Letta berdiri dari duduk nya dan berjalan ke arah jendela memperhatikan semua teman nya.

Letta tertawa ketika Zaedyn di pukuli oleh Ren Di karena salah mempraktekkan salah satu gerakan senam dengan baik. Jadi lah mereka seperti kucing dan tikus yang kejar-kejaran di lapangan.

"Akhhh" perutnya kembali bereaksi karena sedang datang bulan.

Rasanya Letta mau menangis jika harus seperti ini, bahkan bibir nya yang merah merona sudah tergantikan dengan bibir yang pucat pasi dan matanya yang sayu.

Kembali ke posisi awal seperti tadi dan meremas perutnya "Jangan bereaksi lagi" gumam Letta kemudian mengelus perutnya.

Dari arah pintu Xavier yang melihat itu datang menghampiri Letta dengan membawa bantal penghangat untuk meredakan nyeri haid.

Letta yang melihat bantal itu lantas mengalihkan tatapan nya ke samping menatap orang yang memberikan bantal tersebut.

"Terimakasih" ucap Letta dengan canggung.

"Hm"

Xavier kemudian duduk di samping Letta sambil membaca sebuah buku. Letta yang melihat itu bisa menghela napas mengambil bantal itu untuk taruh di perutnya.

Rasa nyeri akhirnya menghilang dengan perlahan membuat nyaman sekaligus merasa mengantuk dalam waktu bersamaan.

Kedua mata itu tertutup. Xavier berada di samping menoleh ke arah Letta. Sambil membenarkan rambut Letta yang sedikit berantakan.

Senyum tipis muncul di bibir. Mendapati wajah polos milik Tuan Putri Kecil-Nya telah tertidur lelap.

Mengambil jas sekolah untuk menyelimuti Letta, Dan menepuk pelan kepalanya sembari tersenyum tulus.

"Sleep tight" gumam Xavier, membuat Letta terusik dan memalingkan wajah nya ke arah jendela dan melanjutkan tidur nya.

Xavier keluar menuju ke lapangan, untuk melanjutkan pembelajaran nya. Sambil tersenyum tipis.

"Lihat dia seperti orang gila" ucap Ren Di menyenggol lengan Zaedyn.

"Memang sudah dari sana nya" balas Zaedyn menatap Xavier.

Mereka berdua akhirnya pergi menyusul Xavier untuk duduk, "Letta baik-baik saja kan" tanya Ren Di.

"Ya"

"Untung ada bantal penghangat ku kalau tidak sekarang Letta pasti sedang meringis kesakitan" ucap Ren Di.

"Oh ya bagaiamana dengan surat yang kemarin" tanya Zaedyn pada Xavier.

"Tak ada apapun" jawab Xavier.

"Iya kah? Apakah kau yakin sudah membaca nya? mana mungkin tidak ada apapun" heran Zaedyn.

"Sudah ku buang" ucap Xavier membuat Zaedyn menatap nya lekat.

"Wahh memang ya pesona orang ganteng mah beda sampai buang surat orang lain" cibir Zaedyn, Xavier yang mendengar itu hanya mengedikkan bahu acuh.

"Bagaimana kalau surat itu dari Letta" tanya Zaedyn iseng.

"Akan ku baca" jawab Xavier cepat.

Ren Di dan Zaedyn yang mendengar itu lantas terkekeh. "Dasar" ujar Ren Di.

His Little Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang