16

55 4 0
                                    


Seluruh kelas XII disibukkan dengan nilai tugas mereka yang belum tuntas mulai dari semester satu sampai semester genap dan harus segera dituntaskan jika tidak maka nilai rapot mereka bisa merah karena nilai tugas menjadi penolong jika kehadiran dan keaktifan mereka dikelas tidak terlalu menonjol.

Apalagi pengumpulan tugas-tugas belum terselesaikan sepenuhnya. Membuat mereka kocar-kacir seperti kehilangan sesuatu yang berharga. Memang berharga.

"Tugasmu dari semester satu sudah dikumpulkan?" tanya Ren Di pada Letta.

"Sudah" jawab Letta.

"Tinggal 30 hari kedepan mendekati ujian nasional dan kita semua akan bebas dari sekolah ini" ucap Ren Di.

"Aku takut" kata Letta.

"Takut?" ulang Ren Di, Letta mengangguk.

"Aku begitu takut jika selesai sekolah, seperti kenyataan hidup akan menamparmu terus. Seakan dunia tidak berpihak padamu. Aku takut jika plan yang ku susun tak berjalan sesuai. aku sudah merasakan itu dan sungguh membuatku seperti mempunyai penyakit pikiran" jelas Letta.

"Kau tahu? Di dunia ini tidak semua hal berjalan sesuai keinginan kita atau plan yang kau buat" ucap Ren Di.

"Aku tahu, hanya saja segala sesuatu terjadi begitu saja tanpa bisa dicegah dan kau hanya bisa pasrah dengan keadaan tak berdaya. Aku membenci hal itu" balas Letta.

"Semua yang terjadi tidak terelakkan" seru Ren Di.

"Oi" teriak Zaedyn menghampiri keduanya.

"Ikut aku" ajak Zaedyn pada Ren Di. Yang diajak hanya diam namun menerima uluran tangan Zaedyn.

Mereka berdua pergi meninggalkan Xavier dengan Letta.

"Kemana saja?" tanya Xavier menatap Letta.

Letta mendongak tersenyum manis selanjutnya air matanya jatuh.

"Hei kenapa hm?" panik Xavier menarik pelan Letta untuk berdiri.

Bukannya menjawab pertanyaan Xavier, Letta justru memeluk Xavier. "Jangan menangis" ucap Xavier tidak suka melihat Letta menangis.

"Hanya ingin menangis" balas Letta.

"Kamu jelek kalau nangis" seru Xavier.

"Jadi?" tanya Xavier penasaran karena Letta menangis tanpa sebab.

"Mood swing?" jawab Letta kurang meyakinkan.

Merasa Xavier tidak yakin dengan ucapannya Letta tersenyum sumringah "Aku tidak apa sungguh, hanya ingin saja" ulang Letta.

Lagi. Xavier membawa Letta kedalam pelukannya. "Jangan merasa sendiri aku disini, hm?" Letta tak menjawab malah menyamankan tubuhnya dalam pelukan Xavier.

"Selesai sekolah kamu mau kerja atau kuliah?" tanya Letta tiba-tiba.

Terdiam beberapa menit lalu menjawab "Kuliah" ucap Xavier

"Disini?" tanya Letta.

"Luar negeri" kalimat singkat itu mampu membuat tubuh Letta menegang sempurna ia mendongak melihat Xavier apakah ucapan tadi itu sungguh terdengar oleh telinganya?.

Mengerti akan tatapan Letta, Xavier menjawab "Sungguh" ucap Xavier.

"Berapa tahun?" tanya Letta.

"3 tahun" jawab Xavier.

Melepas pelukan Xavier lalu menjauh darinya "Hei aku tak akan lama sungguh" bujuk Xavier.

"Karena aku harus melanjutkan perusahaan papa, maka dari itu aku disarankan untuk berkuliah di luar negeri" jelas Xavier berjalan ke arah Letta.

His Little Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang