"Buka buku kalian halaman 403 baca dan kerjakan, setelah saya kembali semuanya sudah terkumpul di meja" ucap Zion guru matematika.Semuanya lalu bernapas lega walaupun mereka di berikan tugas, setidaknya atmosfer dalam ruangan kelas tidak terlalu tegang seperti tadi.
"Ingat jangan ada berbuat keributan, jika ada maka aku akan menuliskan nama kalian" ucap Vera selaku perangkat kelas.
"Iyadeh si paling perangkat kelas ya gak?" sindir Bagas.
Vera yang mendengar itu hanya melirik sinis pada Bagas "Iri? Bilang boss" ketus Vera duduk di bangkunya.
"Sudahi tidurnya" ucap Xavier pada Letta.
Sedari tadi Letta terus-terusan tiduran di atas meja membuat Xavier melihat itu anya menggeleng kepala.
"Aku mengantuk" keluh Letta itu hanya alibinya saja nyatanya ia sedang berusaha mati-matian untuk menyembunyikan kedua tangannya yang gemetaran.
Jari jempol, ia arahkan untuk memijit sekilas pelipis Letta. "Kerjakan, sebelum gurunya tiba" ujar Xavier.
"Tidak-
Aki tidak sanggup" ujar Letta serius.
"Ck jangan lebay deh" seru Ren Di sambil mengunyah permen karet.
"Memangnya kau tidak?" balas Zaedyn pada Ren Di.
Mengangkat tangannya untuk memukul Zaedyn namun di tangkis oleh sang empu.
"Jangan Kdrt dong" ucap Zaedyn.
"Kdrt matamu" sahut Ren Di.
"Kerjakan" suruh Xavier menatap Letta.
"Hm baiklah" ujar Letta.
Mengeluarkan buku serta pena lalu mulai mengerjakan soalnya.
Xavier melihat wajah serius Letta hanya tersenyum namun ketika berbalik melihat Letta senyumannya menghilang.
Tak berselang lama mereka semua telah menyelesaikan tugas yang diberikan dan dikumpulkan di depan.
"Bagas tolong bawa buku ini ke ruangan saya dan letakkan di atas meja saya" perintah Zion lalu menatap Letta sebentar dan tersenyum.
Letta yang melihat itu sekujur tubuhnya kaku, bahkan ia mengepalkan tangannya sambil menutup mata.
Ia tiba-tiba berdiri membuat semua teman sekelas menatap padanya. "Ka-
Belum sempat menyelesaikan perkataannya Letta berjalan keluar. Diikuti Xavier dari belakang.
Ren Di dan Zaedyn hanya bisa saling tatap, karena jika mereka mengikuti Xavier dan Letta yang ada Letta lebih tambah histeris dan sangat susah untuk menenangkan Letta jika sudah seperti itu.
Toilet toilet toilet toilet toilet toilet Batin Letta.
Sampai di toilet Letta masuk ke dalam salah satu bilik kemudian mengunci pintunya dari dalam. Dan terduduk di atas kloset dengan pandangan wajah yang kosong.
Wajah Zion begitu terbayang-bayang di pikirannya "Tidak" gumam Letta menggeleng kepalanya cepat.
"Hahahahaha" ketawa Letta kemudian ia berteriak histeris sambil memukul kepalanya berulang kali.
Xavier menggedor pintunya "Letta" panggilnya namun tak di jawab Letta membuat Xavier begitu khawatir.
Bruk
Pintu di dobrak oleh Xavier dengan tenaga dalamnya.
Kacau.
Keadaan Letta-Nya sungguh kacau, ia menghampiri Letta dan berjongkok tanpa ragu Xavier mulai mengangkat tangannya menautkan rambut Letta yang menghalangi wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Little Princess
Teen Fiction• • • Tentang pertemanan kemudian menjadi sepasang kekasih antara Letta dan Xavier, Xavier si manusia paling cuek dalam segala hal tapi tidak jika itu dengan Tuan Putri Kecil-Nya, Letta.