25

39 2 0
                                    


Waktu berjalan setiap detik dan menit. Letta juga sudah mulai berkuliah sejak Reynon menguruskan berkas untuknya tidak lama setelah itu jelang 3 minggu ia sudah aktif sebagai mahasiswa di Universitas Tree bersama dengan Zaedyn dan Ren Di. Bedanya Letta hanya menjadi junior sedangkan kedua temannya itu senior. Kabar hubungan antara dirinya dan Xavier mulai renggang. Entahlah Letta mencoba untuk membangun pertahanan agar hubungannya dengan Xavier tidak renggang. Tapi apa daya jika Xavier yang meruntuhkan pertahanan itu sendiri.

Putus? Letta rasa ia tidak sanggup untuk hal itu. Rasa sayangnya pada Xavier sudah melebihi dirinya sendiri.

Untuk sekarang ia akan fokus dengan kuliahnya. Urusan hubungannya dari belakang walaupun pada akhirnya ia akan menangis sendiri sembari menatap foto Xavier.

Cukup miris.

"Eyy kenapa junior satu ini telat datang" canda Zaedyn merangku Letta.

"Apa aku perlu alasan?" balas Letta.

"Kau tidak takut pada seniormu ini?" nada suara Zaedyn seperti senior yang sedang marah.

"Tidak sama sekali" ujar Letta tertawa sendiri.

"Sudah lama?" suara Ren Di membuat kedua orang itu berbalik.

"Baru saja" ujar Letta.

"Mau makan dulu?" ucap Zaedyn sebelum mereka memulai kelas.

"Boleh lah" kata Letta.

"Let's gooo" senang Ren Di menarik kedua lengan Zaedyn dan Letta.

"Pesan apa?" tanya Zaedyn.

"Sandwich sama susu kambing" jawab Ren Di.

"Mana ada susu kambing nyet" galak Zaedyn.

"Becanda nyet, canda" teriak Ren Di, di telinga Zaedyn.

"Garing kek suara nyamuk" usapan halus Zaedyn agar mengurangi suara bising di telinganya.

"Kalian ini seperti anak sd saja" cibir Letta.

"Apa seumur hidup kalian berdua terus seperti ini? Tidak ada akur-akurnya sama sekali" kata Letta.

"Malu-maluin nih anak" tunjuk Zaedyn kearah Ren Di.

"Sialan kau" umpat Ren Di.

"Bukan Ren Di, kalian berdua itu sama, iya. Sama-sama maluin" sarkas Letta.

"Hati dedek sakit yang" lebay Zaedyn mendramatisir.

"Hidup ku sudah terlalu banyak drama kamu juga jangan drama ntar ditampar sama kenyataan dunia" sambung Ren Di.

Letta hanya menarik napas sembari meminum teh hangat miliknya. Saat sedang asik menikmati makanannya Letta sudah harus pergi duluan karena sebentar lagi kelasnya sudah dimulai. Jurusan yang Letta ambil yaitu HI (Hubungan Internasional).

"Kau lihat wajah tadi?" ucap Ren Di menatap jauh punggung Letta.

"Wajah murung" balas Zaedyn.

"Xavier bagaimana? Masih bisa tidak dihubungi?" tanya Ren Di.

"Sampai sekarang belum, chat ku saja centang satu telepon tak diangkat" jawab Zaedyn.

"Kalau aku jadi Letta mungkin aku sudah menganggap jika hubunganku sudah berakhir meski tak ada kata perpisahan" ujar Ren Di.

"Setiap orang punya posisi yang berbeda" kata Zaedyn.

"Yang perlu kita lakukan adalah menghibur Letta disaat-saat seperti ini" lanjut Zaedyn menatap Reb Di dan dibalas anggukan sang empu.

"Semoga saja" gumam Ren Di.

"Semoga saja" gumam Ren Di

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
His Little Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang